Kamis, 15 November 2012

Ocenografi Fisika


LAPORAN PRAKTIKUM
ECEANOGRAFI FISIKA

 
OLEH :
KELOMPOK 13

ARIS TRI DIANTO               (105080600111005)
DITA RISTANIA A.W.         (105080613111009)
PULUNG BAYU B.              (105080601111017)
SANDY TIRTO                     (105080601111050)
YOKE DENOVIA M.             (105080601111024)
YUNUS HIDAYAT               (105080601111058)





PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011







KATA PENGANTAR


            Alhamdulillah hirobil a’lamin kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmad-Nya Laporan Praktikum Mata Kuliah Oceanografi Fisika dapat diselesaikan. Walapun dalam melakukan praktikum dan menyusun laporan ini mengalami bebeerapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.
            Laporan ini berisi teori-teori singkat dan laporan akhir dari hasil praktikum. Setiap bab disusun secara sistematis berisi teori dasar, metode praktikum yang meliputi alat dan bahan dan prosedur kerja serta data hasil pengamatan yang telah kami analisis.
            Penulis merasa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena keterbatasan kami. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir praktikum ini. Terima Kasih.





Malang, 23 November 2011


  Tim Penulis Laporan Akhir     
Praktikum Oceanografi Fisika







1. PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara maritim yang wilayahnya terbentang dari sabang hingga merauke dimana dua pertiga bagiannya adalah laut dan memiliki garis pantai sepanjang sekitar 80 ribu kilometer, berada pada posisi 7020’ LU - 140LS dan 920 BT – 1410BT (Atmodjo, 2000).
Indonesia sebagai Negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/pertambakan, pariwisata, dan sebagainya (Triatmodjo, 2008).
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology) ilmu bumi (geografy), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology). Namun demikian ilmu oseanografi biasanya hanya dibagi menjadi empat cabang ilmu saja.      Fisika oseanografi : ilmu ini mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia (Hutabarat dan Evans,2008).

1.2  MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan dari praktikum Oseanografi Fisika adalah agar praktikan dapat mengetahui berbagai macam parameter fisika pada perairan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Maksud dari praktikum Oseanografi Fisika ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara pengambilan data tentang parameter fisika dan mengetahui antara hubungan suhu, densitas, dan salinitas.


1.3  TEMPAT DAN WAKTU
1.3.1      LABORATORIUM
Praktikum  Ocenografi Fisika laboratorium dilaksanakan pada hari selasa, 22 November 2011 pada pukul 14.15 WIB sampai pukul 16.00 WIB di Laboratorium Ilmu Kelautan, gedung A lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
1.3.2      LAPANG
Praktikum Oceanografi Fisika lapang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 November 2011 dari pukul 11.00 WIB sampai pada hari Minggu, tanggal 20 November 2011 pada pukul 10.00 WIB di Pelabuhan sendang biru, kecamatan sumber manjing wetan, Kabupaten Malang.                   























2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arus
2.1.1 Pengertian Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air (ilmukelautan, 2011).
Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Walaupun ada arus vertical, namun ulasan ini hanya membahas arus horizontal saja. Tidak seperti pada arus sungai yang searah dengan aliran sungai menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bisa diukur secara sederhana (wibisono, 2010).

2.1.2 Macam-macam Arus
Gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air  yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin. 
c. Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.


e.Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa.
f. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary
Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (bernawis,2000).
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan lautFlores. Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.(ilmukelautan,2011).
Menurut Hutabarat (2008), terdapat tiga macam bentuk arus,yakni:
·         Arus yang benar-benar mengelilingi daerah kutub Selatan (Antartic Circumpolar Current).
·         Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah barat ke timur.
·         Daerah subtropical yang ditandai adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai gyre.

2.1.3 Metode Pengambilan Data Arus
     Ada 2 metode pengambilan data arus :
     - Langsung (current meter)
     - Tak langsung (eka djunarsjah, 2005).
Pengambilan data arus dilakukan dengan  metode euler (Emery, W.J. and R.E Thomson, 1998) dengan menggunakan  current meter Valeport Type 106, dimana alat ini dapat merekam besarnya kecepatan dan arah arus setiap saat (BRR NAD, 2007).


2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi arus
     Menurut Hutabarat (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi arus adalah:
·         Angin
·         Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya.
·         Gaya coriolis dan arus ekman
·         Perbedaan-perbedaan tekanan air.
Tiga sumber yang bisa membangkitkan arus adalah :
·         Angin (arus permukaan)
·         Variasi densitas
·         Pasut laut
Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya Berat, Gaya Gesekan,dan Tekanan Atmosfir (eka djunarsjah, 2005).

2.2 Gelombang
2.2.1 Pengertian Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang (dewaputu,2011).
Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang bunyi, gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh bentuk gelombang. Ketika kita melihat fenomena gelombang laut, ternyata, air gelombang tidak bergerak maju, melainkan melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai. Dengan demikian, terjadinya gerak gelombang laut dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, air mencapai dasar lingkaran pada lembah gelombang. Kemudian, air mencapai bagian atas lingkaran pada puncak gelombang. Lalu, puncak gelombang memecah di tepi pantai. Gelombang air bergerak dengan kecepatan yang bisa diketahui. Tetapi, setiap partikel pada air itu sendiri, hanya berosilasi terhadap titik setimbang (fisika,2011).
Gelombang sering juga disebut ombak atau alun. Gelombng ini terjadi karena adanya perbedaan dari massa air dan massa udara yang kontak satu dengan  yang lainnya dengan kepadatan yang berbeda. Setiap gelombang mempunyai tiga unsur yang penting yaitu panjang, tinggi dan periode. Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak atau antara dua lembah yang berurutan. Tinggi gelombang adalah jarak menengah antar puncak dan lembah. Sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak atau dua lembah yang berurutan untuk melalui suatu titik (surya,2011).

2.2.2 Macam Gelombang
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin  (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari  (gelombang pasang-surut), gempa  (vulkanik atau tektonik)  di dasar laut  (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal (dewaputu,2011).
·         Sea : dipengaruhi langsung oleh angin, tanpa pola yang sistematis (periode berubah dan tinggi bervariasi)
·         Swell : merupakan bentuk turunan “Sea”, mempunyai pola yang teratur (panjang gelombang tetap, tinggi berkurang)
·         Surf : terjadi di sekitar pantai (bila gelombang mencapai kedangkalan dan pecah), bergerak dalam arah horisontal (bukan lingkaran) menuju ke pantai (eka djunarsjah, 2005).
2.2.3 Metode Pengambila Data Gelombang
Pengukuran kecepatan dan arah angin dengan menggunakan Anemometer di satu stasiun darat  dengan ketinggian 10m secara  time series. Pengukuran arus menggunakan RCM7/8 Aanderaa  current meter di dua stasiun Mooring I dan II secara time series. Pengukuran arus dan batimetri menggunakan  Acustic Dopler Current Profile  (ADCP) RDI  current meter. Sekaligus pengukuran tinggi pasang-surut (pasut) dan gelombang menggunakan SBE Tide and Wave Gauge berdasarkan Sea-Bird Electronics, Inc. [10] di dua stasiun Mooring I dan II secara  time series. Tulisan ini hanya membahas kondisi gelombang dan arus yang terjadi dilokasi atau perairan terabrasi untuk setiap musim (Hadikusumah,2009).
Analisis parameter gelombang laut dilakukan dengan menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider). Yang dibangun berdasarkan pertumbuhan energi gelombang. Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin maksium yang dapat membnagkitkan gelombang, yakni lebih dari 10 knot dari arah barat,barat daya, timur dan timur laut, sedangkan arah lain tidak karena merupakan angin yang berasal dari darat (baharuddin et all, 2009).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gelombang
Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin, yaitu:
·         Kuatnya hembusan angin, makin kuat angin yang bertiup maka besar gelombang yang terbentuk semakin cepat gelombang dan panjan  gelombang semakin besar.
·         waktu dimana angin tersebut  bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
·         jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup(fetch), gelombang yang terbentuk di danau dimana fetchnya kecil, biasanya panjang gelombang hanya beberapa centi meter saja. Sedangkan panjang gelombang yang terjadi dilautan diman fetchnya luas, panjang gelombang dapat mencapai beberapa ratus meter(surya,2011).
Semakin lama angin bertiup, semakin besar jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam pembangkitan gelombang. Demikian halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombnag hanya memperoleh sedikit tambahan energy (baharuddin et all,2009).

2.3 Pasang-Surut
2.3.1  Pengertian Pasang-Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi terlalu dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari (Triatmodjo,2008).
Pasang surut atau disingkat pasut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda angkasa terutama matahari dan rembulan (Wibisono, 2004).
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (Hutabarat,2008).

2.3.2  Macam-macam Pasang-Surut
Ada empat jenis pasut di laut kita, yakni pasut semi-diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam) ; pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam) ; campuran keduanya dengan jenis ganda dominan dan campuran keduanya dengan jenis tunggal dominan (Romimohtarto,2005).
Menurut Triatmodjo (2008), bentuk pasang surut di berbagai daerahtidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut diberbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda semi (semi diurnal tide) dan dua jenis campuran.

1.    Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai laut Andaman.
2.    Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat karimata.

3.    Pasang surut campuran condong ke harian ganda ( mixed tide prevailing semidiurnal).
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia timur.
4.    Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal).
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang – kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara jawa barat.
2.3.3  Metode Pengambilan Data Pasang-Surut
Permukaan laut atau paras laut setiap hari naik dan turun secara berkala dan dapat  dilihat jelas jika mintakat pantai, terutama jika anda menancapkan sebuah tongkat dibagian dangkal dari perairan pantai dan mengamatinya sepanjang hari. Bagian atas tongkat yang tak terendam air akan menjadi panjang perlahan-lahan (paras air sedang menurun ) kemudian pada suatu saat akan memendek secara perlahan-lahan (paras air sedang naik ), dan pada saat yang lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur dari suatu paras panutan yang telah ditentukan sendiri, yang dinamakan datum. Datum ini biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh atau punama (spring tide) biasa. Jadi kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka paras laut akan terletak dibawah datum (Romimohtarto,2005).
Menurut Ali, dkk (1994) dalam Atmodjo (2000), analisa data pasang dapat dilakukan dengan tiga macam metode. Pertama dalah metode non-harmonik, yang mendasarkan perhitungannya pada hubunganantara waktu air tinggi dan air rendah dengan fase bulan dan berbagai parameter astronomi lainnya. Kedua, yaitu metode respon dan ketiga adalah metode harmonik, dimana variasi tinggi muka air laut diperlakukan sebagai penjumlahan (superposisi) dari sejumlah gelombang komponen harmonic, yang kecepatan sudut dan fasenya dapat dihitung berdasarkan fase astronomis.



2.3.4  Faktor-faktor yang mempengaruhi Pasang-Surut
Pasut terjadi petama-tama karena gaya tarik (gaya grafitasi) bulan. Bumi berputar bersama kolom air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam di banyak tempat di bumi kita ini. Berbagai pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan, karena berbeda-bedanya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2005).
Gaya tarik grafitasi matahari juga mempengaruhi terjadinya pasang walaupun tenaga yang ditimbulkan terhadap lautan hanya sekitar 47% dari tenaga yang dihasilkan oleh gaya grafitasi bulan. Pada waktu bulan baru dan bulan penuh matahari dan bulan terletak pada satu garis terhadap bumi dan gaya grafitasi yang ditimbulkan oleh mereka mempunyai arah yang sama. Akibatnya gaya tarik gabungan ini menghasilkan tonjolan air pasang yang lebih besar dari biasanya dan pasang yang terjadi pada saat ini dinamakan spring tide. Pada waktu bulan seperempat dan tiga perempat, matahari dan bulan terletak pada posisi yang membentuk sudut siku-siku (900) satu sama lain, sehingga pada saat ini gaya tarik grafitasi matahari bersifat melemahkan gaya tarik bulan. Akibatnya gaya tarik yang ditimbulkan terhadap massa air laut menjadi berkurang dan terjadi pasang yang lebih kecil, yang dinamakan neap tide (Hutabarat,2008).

2.4 Suhu
2.4.1 Pengertian Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan  valid (Universitas Sumatra Utara, 2007).
Sebagian besar makhluk hidup di perairan tawar pada umumnya sangat sensitif terhadap perubahan suhu air. Suhu sangat terkait dengan proses metabolisme dalam tubuh, yaitu memengaruhi kerja enzim dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itulah suhu merupakan faktor penting dalam kehidupan organisme perairantawar. Suhu juga berpengaruh terhadap berbagai hal, misalnya blooming alga, siklus reproduksi, dan kelarutan berbagai macam zat.Suhu di ekosistem perairan tawar mudah berubah. Perubahan suhu baik musiman dan harian terjadi pada bagian permukaan dari perairan, sementara bagian dalam biasanya akan lebih konstan. Suhu rata-rata perairan bisa mengalami kenaikan disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pemukiman, industri dan area pertanian. Suhu secara fisika dinyatakan dalam satuan C (Lubis, 2017).

2.4.2 Metode Pengambilan Data Suhu
Metode pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer atau termistor. Termistor merupakan alat pengukur suhu berbasis elektronik. Lokasi pengambilan sampel suhu air dapat dilakukan pada tiga level kedalaman, yaitu permukaan, pertengahan dan dasar perairan. Pengukuran juga dilakukan pada tiap musim yang berbeda, misalkan pada musim hujan dan kemarau (Lubis, 2007).
Menurut Soedibjo (2007), untuk mengukur suhu air dengan cermat pada berbagai kedalaman dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         Termometerkhusus yang disebuttermometerbolak-balik (revershingtermometer) yang dipasangpadadindingtabungNansen (alat untuk mengambil contoh air dari kedalaman tertentu. Dinamai demikian karena pada saat diturunkan dengan kabel sampai pada kedalaman yang diinginkan, posisinya terbalik. Baru setelah diberi isyarat dari atas dengan meluncurkan batu pemukul (messenger), ia berputar menegakan diri dan menunjukan suhu pada kedalaman tersebut. Tentu saja setelah diangkat kembali, beberapa koreksi harus diberikan.
·         Battitermograf, alat yang bila diturunkan ke dalam laut, dapat sekaligus membuat kurva hubungan antara kedalaman dan suhu.
·         STD (Salinity Temperature-Depth recorder), dimana alat ini dapat langsung membuat kurva hubungan suhu dan salinitas, masing-masing terhadap kedalaman.
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Suhu
Distribusi suhu air laut di suatu perairan dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain radiasi matahari, letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut, angin dan musim (Yuliana, 2006).
Suhu air laut  bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah tropik, panas sepanjang tehun, yaitu 20-30 0C, sedangkan massa air permukaan pada zona beriklim sedang, hangat di musim panas. Di bawah air permukaan yang hangat, suhu mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada kisaran kedalaman yang sempit yaitu antara 50-300 m. Suhu juga berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya lebih rendah daripada air laut yang dingin pada salinitas yang sama. Kerapatan juga merupakan suatu fungsi dari salinitas; kenaikan salinitas menyebabkan kenaikan kerapatan. Tetapi variasi suhu yang ditemukan di seluruh samudra lebih besar daripada variasi salinitas. Karena itu, suhu lebih penting dalam mempengaruhi kerapatan (Widiastuti, 2004).

2.5 Sedimen
2.5.1 Pengertian Sedimen
Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan –lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun. Secara relative ketebalan lapisan sedimen yang terdapat dibanyak bagian lautan, mempunyai variasi kedalaman yang berbeda-beda dari sekitar 600meter dilautan pasifik , antara 500 meter sampai 1000 meter di lautan Atlantik, 4000 meter di lautan Arktik dan 9000 meter Puerto Rico Trench. Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel  yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dari organiame laut. Tidaklah mengherankan jikalau ukuran-ukuran partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat di pelbagai tempat di dunia mempunyai sifat yang berbeda satu dengan lainnya (Hutabarat, 2008).
Sedimen pantai bias berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut yang terbawa arus laut ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen adalah sangat penting dalam mempelajari proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat  tersebut adalah ukuran partikel dan distribusi butiran butir sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, tahanan terhadap erosi, dan sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut, distribusi ukuran butir adalah yang paling pentung (Triadmodjo, 1999).
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organic yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan sedimen laut adalah akumulasi sari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut (Ojanmoul, 2010).
Sedimentasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel padat dalam cairan dengan prinsip gaya gravitasi. Hasil dari proses sedimentasi adalah terbentuknya beberapa lapisan endapan dalam fluida yang menggambarkan bentuk partikel penyusun dari fluida tersebut (Mahayana, 2011).

2.5.2 Macam-macam sedimen
            Menurut Hutabarat (2008), sedimen dibagi menjadi empat, yakni
·         Sedimen Lithogenous        : sedimen ini berasal dari sisa-sisa pengikisan batuan didarat. Hal ini bias terjadi karena adanya kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh adanya pemanasan dan pendinginan terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin atau oleh adanya aksi-aksi kimia dari lautan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu. Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-sungai. Beberapa sungai di dunia mengalir didaerah daratan yang begitu luas akan memindahkan sejumlah besar sedimen ke dalam laut.
·         Sedimen Biogenous           : sisa-sisa rangka dari organism hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap didaerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedimen ini di golongan dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan ciliceous ooze, dimana hal ini tergantung pada jenis organism dari mana mereka berasal dan macam bahan yang telah bergabung dalam kulit atau rangka mereka.
·         Sedimen Hydrogenous      : Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk sebagai hasil dari reaksi kimia dalam air laut. Sebagai contoh,manganese nodules (bongkahan-bongkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang terdapat didalam sebuah lapisan konsentris disekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam lain seperti copper(tembaga), cobal dan nikel juga tergabung didalamnya.reaksi kimia yang terjadi sngatlah lambat , dimana untuk membentuk sebuah nodule diperlukan waktu berjuta-jjuta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule terkubur dalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini akan banyak dijumpai di lautan Pasifik daripada Atlantik, hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan sedimentasi di lautan Pasifik lebih lambat dibandingkan di Atlantik.
Sedimen diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur,   pasir, kerikil, koral (pebble), coble, dan batu (boulder). Berdasar klasifikasi tersebut pasir mempunyai diameter antara 0.063 dan 2.0 mm yang selanjutnya dibedakan menjadi lima kelas (sangat kasar, kasar, sedang, halus dan sangat halus). Materil yang sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter di bawah 0.063 mm yang merupakan sedimen kohesif (Triadmodjo,1999).
Menurut Edi (2010), Sedimentasi adalah proses terkumpulnya bahan-bahan yang diangkut oleh air, angin, dan gleyster atau es pada suatu tempat untuk sementara waktu atau dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan tenaga pengangkutnya, sedimentasi terdiri dari:
·         Sedimentasi Aquatis, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh air
·         Sedimentasi Aeris, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh angin
·         Sedimentasi Marine, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh air laut
·         Sedimentasi Glasial, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh gleyster/ es
Menurut Wibisono (2010), asal-usul sedimen dasar laut dapat dibedakan/ digolongkan sebagai berikut: (1) Liithogenous; (2) Biogenous; (3) Hydrogenous; dan (4) Cosmogenous
Menurut LIPI (2003), Sedimen di laut tersusun oleh 4 komponen pokok yang diklasifikasikan berdasarkan asal-usulnya, yaitu sebagai sedimen terigenik (dari daratan dan lingkungan vulkanik), biogenik (dari aktifitas organisme), halmirogenik (dari reaksi inorganic), dan kosmogenik (dari luar angkasa).

2.5.3 Metode Pengambilan data sedimen
Menurut Hutabarat (2008), ukuran partikel-partikel sedimen merupakan suatu jalan yang mudah untuk dipakai dalam mengklasifikasi sedimen. Daftar table ukuran wentworth digunakan untuk mengukur partikel-partikel yang diklasifikasikan mulai dari golongan yang termasuk partikel tanah liat yaitu yang berukuran diameter kurang dari 0.004 mm sampai kepada boulder (batu berukuran besar yang berasal dari kikisan arus air) yang mempunyai ukuran diameter 2.56 mm. sedimen cenderung tidak didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda. Metode lain untuk mengklasifikasi sedimen adalah dengan cara melihat asal mereka.
Sedimen diambil dengan menggunakan Grab yang terbuat dari stainless still. Contoh sedimen tersebut dimasukan dalam botol polietilen, disimpan dalam frezer dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan dalam beaker teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 8 jam. Setelah kering dibilas 3 kali dengan air suling bebas logam berat. Kemudian dikeringkan kembali dan digerus hingga homogen. Sebanyak 5 gram contoh sedimen tersebut didestruksi dalam beaker teflon dengan HNO3/HCl pada suhu + 100oC selama 8 jam Loring dan Rantala. Untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminasi selama pengambilan sampel, penyaringan, pengawetan dan transportasi ke Jakarta, maka dilakukan Metode Blanko (control). (Rozak, 2007).
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan grab (Van Veen Grab, ukuran kecil) pada 5 (lima) stasiun pengamatan di perairan Raha Sulawesi Tenggara. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam wadah tertutup rapat dan berwarna gelap serta disimpan dalam ice box. Analisis senyawa hidrokarbon ditentukan berdasarkan metode standar untuk analisis air dan limbah. Analisis dilakukan dengan menggunakan kromatografi dan spektrofotometer fluorosensi UV di laboratorium Kimia Radiasi FMIPA Universitas Hasanuddin Ujung Pandang. Sampel sebanyak 100 gram ditimbang (analitis) kemudian ditentukan kadar airnya, selanjutnya dilakukan ekstraksi bahan organik (EBO) dengan menggunakan campuran 100 ml toluen dan 250 ml metanol dalam KOH 0,5 M, lalu direflux selama 4-5 jam. Larutan kemudian didinginkan, disaring dengan penyaring Buchner dan dicuci dengan larutan toluen. Filtrat dipisahkan dengan corong pemisah, fase organik diambil dan fase airnya dicuci dengan toluen sebanyak tiga kali masing-masing 25 ml. Selanjutnya fase organik dikeringkan dengan menambahkan Na2SO4 anhidrat, dibiarkan satu malam disaring dan filtratnya diuapkan dengan menggunakan rotavapor. Setelah kering, ekstrak bahan organiknya ditimbang sebagai esktrak bahan organic (EBO). Selanjutnya ekstrak bahan organik difraksinasi dengan menggunakan kolom kromatografi adsorben yang berisi silika gel (70-230 mesh) untuk memisahkan fraksi hidrokarbon alifatik (n-alkana) dengan fraksi hidrokarbon aromatik. Kemudian kandungan hidrokarbon alifatik dan aromatik ditentukan dengan kromatografi gas dan spektrofotometer fluorosensi UV (Widayati,2009).

 2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen adalah sifat-sifat aliran, sifat-sifat sedimen, dan pengaruh timbal balik antara keduanya. Bentuk dan ukuran partikel sedimen, mempengaruhi kecepatan rata-rata aliran ketika partikel bergerak di dasar saluran, mempengaruhi kecepatan jatuh (fall velocity) dan angkutan sedimen dasar (bed load transpor), seperti halnya butiran pipih mempunyai kecepatan endap lebih kecil, dan lebih sulit ditranspor daripada butiran bulat (Abdurrosyid, 2003 dalam Abdurrosyid dan Purwoto, 2006).
Kecepatan jatuh (fall velocity) atau kecepatan endap (silting velocity), yaitu kecepatan pencapaian partikel ke dasar pada kolam air yang diam, yang berhubungan langsung dengan kondisi relatif aliran diantara partikel sedimen dan air selama kondisi pergerakan sedimen, angkutan sedimen dan pengendapan (Yang, 2000 dalam Abdurrosyid dan Purwoto, 2006).

2.6 Kecerahan
2.6.1 Pengertian Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air (Tancung,2007).
Menurut Gusrina (2008), Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air.

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerahan
Kecerahan dipengaruhi oleh benda-benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur, jasad–jasad renik (plankton),dan warna air. Dengan mengetahui kecerahan suatau laut, dapat mengetahui sejauh man masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang keruh dan paling keruh. Kekeruhan yang baik adalah kedalaman tertentu yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton (Tancung,2007).
Menurut Edward, et al (2004), Kecerahan air laut umumnya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan terjadi turbulensi dan membawa lumpur-lumpur yang berasal dari darat melalui aliran-aliran sungai ke perairan laut, sehingga perairan laut menjadi keruh. Kecerahan berbanding terbalik dengan kekeruhan, makin cerah suatu perairan makin rendah tingkat kekeruhanya. Kekeruhan air adalah suatu ekspresi sifat optik air yang berkaitan dengan pembiasan dan penyerapan cahaya oleh bahan yang tersuspensi dalam air sehingga transmisi cahaya tidak dalm garis lurus. Oleh karena itu kekeruhan, warna, kecerahan merupakan fenomena- fenomena kualitas air yang saling berkaitan.

UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar