LAPORAN PRAKTIKUM
ECEANOGRAFI FISIKA
OLEH
:
KELOMPOK
13
ARIS TRI DIANTO (105080600111005)
DITA RISTANIA A.W. (105080613111009)
PULUNG BAYU B. (105080601111017)
SANDY TIRTO (105080601111050)
YOKE DENOVIA
M. (105080601111024)
YUNUS HIDAYAT (105080601111058)
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobil a’lamin kami panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT karena atas rahmad-Nya Laporan Praktikum Mata Kuliah Oceanografi
Fisika dapat diselesaikan. Walapun dalam melakukan praktikum dan menyusun
laporan ini mengalami bebeerapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami
atasi.
Laporan ini
berisi teori-teori singkat dan laporan akhir dari hasil praktikum. Setiap bab
disusun secara sistematis berisi teori dasar, metode praktikum yang meliputi
alat dan bahan dan prosedur kerja serta data hasil pengamatan yang telah kami
analisis.
Penulis merasa
laporan akhir praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena
keterbatasan kami. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari
pembaca untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir praktikum ini. Terima
Kasih.
Malang, 23 November 2011
Tim Penulis Laporan Akhir
Praktikum Oceanografi Fisika
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara maritim
yang wilayahnya terbentang dari sabang hingga merauke dimana dua pertiga
bagiannya adalah laut dan memiliki garis pantai sepanjang sekitar 80 ribu
kilometer, berada pada posisi 7020’ LU - 140LS dan 920
BT – 1410BT (Atmodjo, 2000).
Indonesia sebagai Negara
kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000
km. wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk
kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman,
industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/pertambakan, pariwisata, dan
sebagainya (Triatmodjo, 2008).
Oseanografi dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata
bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari
bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di
dalamnya ialah ilmu tanah (geology)
ilmu bumi (geografy), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology). Namun demikian ilmu
oseanografi biasanya hanya dibagi menjadi empat cabang ilmu saja. Fisika oseanografi : ilmu ini mempelajari
hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang
terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk
kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan
gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia (Hutabarat dan Evans,2008).
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan
dari praktikum Oseanografi Fisika adalah agar praktikan dapat mengetahui berbagai macam parameter fisika pada
perairan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Maksud
dari praktikum Oseanografi Fisika ini adalah agar praktikan dapat mengetahui
cara pengambilan data tentang parameter fisika dan mengetahui antara hubungan
suhu, densitas, dan salinitas.
1.3 TEMPAT DAN WAKTU
1.3.1
LABORATORIUM
Praktikum Ocenografi Fisika laboratorium dilaksanakan
pada hari selasa, 22 November 2011 pada pukul 14.15 WIB sampai pukul 16.00 WIB
di Laboratorium Ilmu Kelautan, gedung A lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya, Malang.
1.3.2
LAPANG
Praktikum
Oceanografi Fisika lapang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 November 2011
dari pukul 11.00 WIB sampai pada hari Minggu, tanggal 20 November 2011 pada
pukul 10.00 WIB di Pelabuhan
sendang biru, kecamatan sumber manjing wetan, Kabupaten Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arus
2.1.1 Pengertian Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan
yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air (ilmukelautan,
2011).
Secara umum yang
dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut ke arah horizontal
dalam skala besar. Walaupun ada arus vertical, namun ulasan ini hanya membahas
arus horizontal saja. Tidak seperti pada arus sungai yang searah dengan aliran
sungai menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bisa diukur secara
sederhana (wibisono, 2010).
2.1.2 Macam-macam Arus
Gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi
atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang
membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang
berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki
perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh
sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan
densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya
tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan
sirkulasinya disebut arus termohalin.
c. Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya
tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan
arus yang gerakannya horizontal.
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada
lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.
e.Tsunami
Sering
disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa.
f. Gelombang lain ;
Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary
Menurut
letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas
adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah
arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus
permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin
memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan
angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh
pada kedalaman 200 meter (bernawis,2000).
Oleh karena
dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada.
Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya
antara musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak
dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah
utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan lautFlores. Adapun pada musim timur
sebaliknya mengalir dari arah selatan.(ilmukelautan,2011).
Menurut Hutabarat
(2008), terdapat tiga macam bentuk arus,yakni:
·
Arus yang benar-benar mengelilingi daerah kutub
Selatan (Antartic Circumpolar Current).
·
Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah
barat ke timur.
·
Daerah subtropical yang ditandai adanya arus-arus
berputar yang dikenal sebagai gyre.
2.1.3 Metode Pengambilan Data Arus
Ada 2 metode pengambilan data arus :
- Langsung
(current meter)
- Tak langsung
(eka djunarsjah, 2005).
Pengambilan data arus
dilakukan dengan metode euler (Emery,
W.J. and R.E Thomson, 1998) dengan menggunakan
current meter Valeport Type 106, dimana alat ini dapat merekam besarnya
kecepatan dan arah arus setiap saat (BRR NAD, 2007).
2.1.4 Faktor-faktor yang
mempengaruhi arus
Menurut
Hutabarat (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi arus adalah:
·
Angin
·
Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada
disekitarnya.
·
Gaya coriolis dan arus ekman
·
Perbedaan-perbedaan tekanan air.
Tiga sumber yang bisa membangkitkan arus adalah :
·
Angin (arus permukaan)
·
Variasi densitas
·
Pasut laut
Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya Berat, Gaya
Gesekan,dan Tekanan Atmosfir (eka djunarsjah,
2005).
2.2 Gelombang
2.2.1 Pengertian Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya
air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik
sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan
mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan
berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang (dewaputu,2011).
Konsep
gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Gelombang bunyi, gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh bentuk gelombang. Ketika kita
melihat fenomena gelombang laut, ternyata, air
gelombang tidak bergerak
maju, melainkan melingkar. Sehingga air hanya bergerak
naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi pantai
menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang
bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai.
Dengan demikian, terjadinya gerak gelombang laut
dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, air mencapai
dasar lingkaran pada lembah gelombang. Kemudian,
air mencapai bagian atas lingkaran pada puncak
gelombang. Lalu, puncak gelombang memecah di
tepi pantai. Gelombang air bergerak dengan kecepatan yang bisa diketahui. Tetapi, setiap partikel
pada air itu sendiri, hanya berosilasi
terhadap titik setimbang (fisika,2011).
Gelombang sering juga disebut ombak atau
alun. Gelombng ini terjadi karena adanya perbedaan dari massa air dan massa
udara yang kontak satu dengan yang
lainnya dengan kepadatan yang berbeda. Setiap gelombang mempunyai tiga unsur
yang penting yaitu panjang, tinggi dan periode. Panjang gelombang adalah jarak
mendatar antara dua puncak atau antara dua lembah yang berurutan. Tinggi
gelombang adalah jarak menengah antar puncak dan lembah. Sedangkan periode
gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak atau dua lembah yang
berurutan untuk melalui suatu titik (surya,2011).
2.2.2 Macam Gelombang
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya.
Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik
bumi-bulan-matahari (gelombang
pasang-surut), gempa (vulkanik atau
tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang
disebabkan oleh gerakan kapal (dewaputu,2011).
·
Sea
: dipengaruhi langsung oleh angin, tanpa pola yang sistematis (periode berubah dan tinggi bervariasi)
·
Swell
: merupakan bentuk turunan “Sea”, mempunyai pola yang teratur (panjang gelombang tetap, tinggi berkurang)
·
Surf
: terjadi di sekitar pantai (bila gelombang mencapai kedangkalan dan pecah), bergerak dalam arah horisontal
(bukan lingkaran) menuju ke pantai (eka djunarsjah,
2005).
2.2.3 Metode Pengambila Data Gelombang
Pengukuran kecepatan dan arah angin dengan
menggunakan Anemometer di satu stasiun darat
dengan ketinggian 10m secara time
series. Pengukuran arus menggunakan RCM7/8 Aanderaa current meter di dua stasiun Mooring I dan II
secara time series. Pengukuran arus dan batimetri menggunakan Acustic Dopler Current Profile (ADCP) RDI
current meter. Sekaligus pengukuran tinggi pasang-surut (pasut) dan
gelombang menggunakan SBE Tide and Wave Gauge berdasarkan Sea-Bird Electronics,
Inc. [10] di dua stasiun Mooring I dan II secara time series. Tulisan ini hanya membahas kondisi
gelombang dan arus yang terjadi dilokasi atau perairan terabrasi untuk setiap
musim (Hadikusumah,2009).
Analisis parameter gelombang laut dilakukan
dengan menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider). Yang dibangun
berdasarkan pertumbuhan energi gelombang. Kecepatan angin yang digunakan adalah
kecepatan angin maksium yang dapat membnagkitkan gelombang, yakni lebih dari 10
knot dari arah barat,barat daya, timur dan timur laut, sedangkan arah lain
tidak karena merupakan angin yang berasal dari darat (baharuddin et all, 2009).
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gelombang
Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang
yang dibangkitkan oleh angin, yaitu:
·
Kuatnya
hembusan angin, makin kuat angin yang bertiup maka besar gelombang yang
terbentuk semakin cepat gelombang dan panjan gelombang
semakin besar.
·
waktu
dimana angin tersebut bertiup, tinggi,
kecepatan dan panjang gelombang cenderung untuk meningkat sesuai dengan
meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
·
jarak
tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup(fetch), gelombang yang terbentuk di
danau dimana fetchnya kecil, biasanya panjang gelombang hanya beberapa centi
meter saja. Sedangkan panjang gelombang yang terjadi dilautan diman fetchnya
luas, panjang gelombang dapat mencapai beberapa ratus meter(surya,2011).
Semakin lama angin bertiup, semakin besar
jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam pembangkitan gelombang. Demikian
halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombnag
hanya memperoleh sedikit tambahan energy (baharuddin
et all,2009).
2.3
Pasang-Surut
2.3.1 Pengertian Pasang-Surut
Pasang surut adalah fluktuasi
muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari
dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih
kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi terlalu dekat,
maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya
tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali
lebih besar daripada gaya tarik matahari (Triatmodjo,2008).
Pasang
surut atau disingkat pasut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata
di laut yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari
permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh
dari gaya tarik – menarik antara bumi dan
benda-benda angkasa terutama matahari dan rembulan (Wibisono, 2004).
Air pada
bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu
ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai
dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada
ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu kemudian turun
sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah
(Hutabarat,2008).
2.3.2 Macam-macam Pasang-Surut
Ada empat jenis pasut di laut
kita, yakni pasut semi-diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua
kali surut dalam 24 jam) ; pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali
pasang dan satu kali surut dalam 24 jam) ; campuran keduanya dengan jenis ganda
dominan dan campuran keduanya dengan jenis tunggal dominan (Romimohtarto,2005).
Menurut Triatmodjo (2008), bentuk
pasang surut di berbagai daerahtidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari
dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut
diberbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu pasang surut harian
tunggal (diurnal tide), harian ganda
semi (semi diurnal tide) dan dua
jenis campuran.
1. Pasang surut harian ganda (semi
diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang
dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam
24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal
tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang
dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang
surut tipe ini terjadi di perairan selat karimata.
3.
Pasang
surut campuran condong ke harian ganda ( mixed tide prevailing semidiurnal).
Dalam satu hari terjadi dua kali air
pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasang
surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia timur.
4.
Pasang
surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal).
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi
satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang – kadang untuk
sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat
Kalimantan dan pantai utara jawa barat.
2.3.3 Metode Pengambilan Data Pasang-Surut
Permukaan laut atau paras laut
setiap hari naik dan turun secara berkala dan dapat dilihat jelas jika mintakat pantai, terutama
jika anda menancapkan sebuah tongkat dibagian dangkal dari perairan pantai dan
mengamatinya sepanjang hari. Bagian atas tongkat yang tak terendam air akan
menjadi panjang perlahan-lahan (paras air sedang menurun ) kemudian pada suatu
saat akan memendek secara perlahan-lahan (paras air sedang naik ), dan pada
saat yang lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur
dari suatu paras panutan yang telah ditentukan sendiri, yang dinamakan datum.
Datum ini biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh
atau punama (spring tide) biasa. Jadi
kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka paras laut
akan terletak dibawah datum (Romimohtarto,2005).
Menurut Ali, dkk (1994) dalam Atmodjo (2000), analisa data
pasang dapat dilakukan dengan tiga macam metode. Pertama dalah metode
non-harmonik, yang mendasarkan perhitungannya pada hubunganantara waktu air
tinggi dan air rendah dengan fase bulan dan berbagai parameter astronomi
lainnya. Kedua, yaitu metode respon dan ketiga adalah metode harmonik, dimana
variasi tinggi muka air laut diperlakukan sebagai penjumlahan (superposisi)
dari sejumlah gelombang komponen harmonic, yang kecepatan sudut dan fasenya
dapat dihitung berdasarkan fase astronomis.
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pasang-Surut
Pasut terjadi petama-tama karena gaya tarik
(gaya grafitasi) bulan. Bumi berputar bersama kolom air dipermukaannya dan
menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam di banyak tempat
di bumi kita ini. Berbagai pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan
posisi sumbu putar bumi dan bulan, karena berbeda-bedanya bentuk dasar laut dan
karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2005).
Gaya tarik grafitasi matahari juga
mempengaruhi terjadinya pasang walaupun tenaga yang ditimbulkan terhadap lautan
hanya sekitar 47% dari tenaga yang dihasilkan oleh gaya grafitasi bulan. Pada
waktu bulan baru dan bulan penuh matahari dan bulan terletak pada satu garis
terhadap bumi dan gaya grafitasi yang ditimbulkan oleh mereka mempunyai arah
yang sama. Akibatnya gaya tarik gabungan ini menghasilkan tonjolan air pasang
yang lebih besar dari biasanya dan pasang yang terjadi pada saat ini dinamakan spring tide. Pada waktu bulan seperempat
dan tiga perempat, matahari dan bulan terletak pada posisi yang membentuk sudut
siku-siku (900) satu sama lain, sehingga pada saat ini gaya tarik
grafitasi matahari bersifat melemahkan gaya tarik bulan. Akibatnya gaya tarik
yang ditimbulkan terhadap massa air laut menjadi berkurang dan terjadi pasang
yang lebih kecil, yang dinamakan neap
tide (Hutabarat,2008).
2.4 Suhu
2.4.1 Pengertian Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat
panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid
(Universitas Sumatra Utara, 2007).
Sebagian besar makhluk hidup di perairan tawar pada
umumnya sangat sensitif terhadap perubahan suhu air. Suhu sangat terkait dengan
proses metabolisme dalam tubuh, yaitu memengaruhi kerja enzim dalam tubuh
makhluk hidup. Oleh karena itulah suhu merupakan faktor penting dalam kehidupan
organisme perairantawar. Suhu juga berpengaruh terhadap berbagai hal, misalnya
blooming alga, siklus reproduksi, dan kelarutan berbagai macam zat.Suhu di ekosistem
perairan tawar mudah berubah. Perubahan suhu baik musiman dan harian terjadi
pada bagian permukaan dari perairan, sementara bagian dalam biasanya akan lebih
konstan. Suhu rata-rata perairan bisa mengalami kenaikan disebabkan oleh
aktivitas manusia, seperti pemukiman, industri dan area pertanian. Suhu secara fisika
dinyatakan dalam satuan ⁰C (Lubis, 2017).
2.4.2 Metode Pengambilan Data Suhu
Metode pengukuran dilakukan dengan menggunakan
termometer atau termistor. Termistor merupakan alat pengukur suhu berbasis
elektronik. Lokasi pengambilan sampel suhu air dapat dilakukan pada tiga level
kedalaman, yaitu permukaan, pertengahan dan dasar perairan. Pengukuran juga
dilakukan pada tiap musim yang berbeda, misalkan pada musim hujan dan kemarau
(Lubis, 2007).
Menurut Soedibjo (2007), untuk
mengukur suhu air dengan cermat pada berbagai kedalaman dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
·
Termometerkhusus yang disebuttermometerbolak-balik
(revershingtermometer) yang dipasangpadadindingtabungNansen
(alat untuk mengambil contoh air dari kedalaman tertentu. Dinamai demikian
karena pada saat diturunkan dengan kabel sampai pada kedalaman yang diinginkan,
posisinya terbalik. Baru setelah diberi isyarat dari atas dengan meluncurkan
batu pemukul (messenger), ia berputar menegakan diri dan menunjukan suhu pada
kedalaman tersebut. Tentu saja setelah diangkat kembali, beberapa koreksi harus
diberikan.
·
Battitermograf, alat yang bila diturunkan ke
dalam laut, dapat sekaligus membuat kurva hubungan antara kedalaman dan suhu.
·
STD (Salinity Temperature-Depth recorder),
dimana alat ini dapat langsung membuat kurva hubungan suhu dan salinitas,
masing-masing terhadap kedalaman.
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Suhu
Distribusi suhu air laut di suatu perairan
dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain radiasi matahari, letak geografis
perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut, angin dan musim (Yuliana, 2006).
Suhu air laut
bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah
tropik, panas sepanjang tehun, yaitu 20-30 0C, sedangkan massa air
permukaan pada zona beriklim sedang, hangat di musim panas. Di bawah air
permukaan yang hangat, suhu mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat
cepat pada kisaran kedalaman yang sempit yaitu antara 50-300 m. Suhu juga
berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya
lebih rendah daripada air laut yang dingin pada salinitas yang sama. Kerapatan
juga merupakan suatu fungsi dari salinitas; kenaikan salinitas menyebabkan
kenaikan kerapatan. Tetapi variasi suhu yang ditemukan di seluruh samudra lebih
besar daripada variasi salinitas. Karena itu, suhu lebih penting dalam
mempengaruhi kerapatan (Widiastuti, 2004).
2.5 Sedimen
2.5.1 Pengertian Sedimen
Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh
partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan –lahan dalam
jangka waktu berjuta-juta tahun. Secara relative ketebalan lapisan sedimen yang
terdapat dibanyak bagian lautan, mempunyai variasi kedalaman yang berbeda-beda
dari sekitar 600meter dilautan pasifik , antara 500 meter sampai 1000 meter di
lautan Atlantik, 4000 meter di lautan Arktik dan 9000 meter Puerto Rico Trench.
Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel
yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan
kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dari organiame laut. Tidaklah
mengherankan jikalau ukuran-ukuran partikel ini sangat ditentukan oleh
sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat di pelbagai tempat
di dunia mempunyai sifat yang berbeda satu dengan lainnya (Hutabarat, 2008).
Sedimen pantai bias berasal dari erosi garis
pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut yang
terbawa arus laut ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen adalah sangat penting
dalam mempelajari proses erosi dan sedimentasi. Sifat-sifat tersebut adalah ukuran partikel dan
distribusi butiran butir sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, tahanan
terhadap erosi, dan sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut, distribusi
ukuran butir adalah yang paling pentung (Triadmodjo, 1999).
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau
material organic yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh
media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material
yang diendapkan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan
kimia. Sedangkan sedimen laut adalah akumulasi sari mineral-mineral dan
pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari
organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia
yang terjadi di laut (Ojanmoul, 2010).
Sedimentasi merupakan proses pengendapan
partikel-partikel padat dalam cairan dengan prinsip gaya gravitasi. Hasil dari
proses sedimentasi adalah terbentuknya beberapa lapisan endapan dalam fluida
yang menggambarkan bentuk partikel penyusun dari fluida tersebut (Mahayana,
2011).
2.5.2 Macam-macam sedimen
Menurut Hutabarat (2008), sedimen
dibagi menjadi empat, yakni
·
Sedimen
Lithogenous : sedimen ini berasal
dari sisa-sisa pengikisan batuan didarat. Hal ini bias terjadi karena adanya
kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh adanya pemanasan dan
pendinginan terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir,
oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin atau oleh adanya aksi-aksi
kimia dari lautan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah
terhadap permukaan batu. Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut
oleh sungai-sungai. Beberapa sungai di dunia mengalir didaerah daratan yang
begitu luas akan memindahkan sejumlah besar sedimen ke dalam laut.
·
Sedimen
Biogenous : sisa-sisa rangka
dari organism hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang
dinamakan ooze yang biasanya
mengendap didaerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedimen ini di
golongan dalam dua tipe utama yaitu calcareous
dan ciliceous ooze, dimana hal
ini tergantung pada jenis organism dari mana mereka berasal dan macam bahan
yang telah bergabung dalam kulit atau rangka mereka.
·
Sedimen
Hydrogenous : Jenis partikel dari
sedimen golongan ini dibentuk sebagai hasil dari reaksi kimia dalam air laut.
Sebagai contoh,manganese nodules
(bongkahan-bongkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida
dari besi dan mangan yang terdapat didalam sebuah lapisan konsentris disekitar
pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam lain seperti copper(tembaga), cobal dan nikel juga
tergabung didalamnya.reaksi kimia yang terjadi sngatlah lambat , dimana untuk
membentuk sebuah nodule diperlukan
waktu berjuta-jjuta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali
jika nodule terkubur dalam sedimen.
Sebagai akibatnya nodule-nodule ini
akan banyak dijumpai di lautan Pasifik daripada Atlantik, hal ini disebabkan
karena tingkat kecepatan sedimentasi di lautan Pasifik lebih lambat
dibandingkan di Atlantik.
Sedimen diklasifikasikan berdasar ukuran
butir menjadi lempung, lumpur, pasir,
kerikil, koral (pebble), coble, dan batu (boulder). Berdasar
klasifikasi tersebut pasir mempunyai diameter antara 0.063 dan 2.0 mm yang
selanjutnya dibedakan menjadi lima kelas (sangat kasar, kasar, sedang, halus
dan sangat halus). Materil yang sangat halus seperti lumpur dan lempung
berdiameter di bawah 0.063 mm yang merupakan sedimen kohesif (Triadmodjo,1999).
Menurut Edi (2010), Sedimentasi adalah proses
terkumpulnya bahan-bahan yang diangkut oleh air, angin, dan gleyster atau es
pada suatu tempat untuk sementara waktu atau dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan tenaga pengangkutnya, sedimentasi terdiri dari:
·
Sedimentasi
Aquatis, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh air
·
Sedimentasi
Aeris, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh angin
·
Sedimentasi
Marine, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh air laut
·
Sedimentasi
Glasial, yaitu sedimentasi yang diangkut oleh gleyster/ es
Menurut Wibisono (2010), asal-usul sedimen
dasar laut dapat dibedakan/ digolongkan sebagai berikut: (1) Liithogenous; (2)
Biogenous; (3) Hydrogenous; dan (4) Cosmogenous
Menurut LIPI (2003), Sedimen di laut tersusun
oleh 4 komponen pokok yang diklasifikasikan berdasarkan asal-usulnya, yaitu
sebagai sedimen terigenik (dari daratan dan lingkungan vulkanik), biogenik
(dari aktifitas organisme), halmirogenik (dari reaksi inorganic), dan
kosmogenik (dari luar angkasa).
2.5.3 Metode Pengambilan
data sedimen
Menurut Hutabarat (2008), ukuran
partikel-partikel sedimen merupakan suatu jalan yang mudah untuk dipakai dalam
mengklasifikasi sedimen. Daftar table ukuran wentworth digunakan untuk mengukur
partikel-partikel yang diklasifikasikan mulai dari golongan yang termasuk partikel
tanah liat yaitu yang berukuran diameter kurang dari 0.004 mm sampai kepada
boulder (batu berukuran besar yang berasal dari kikisan arus air) yang
mempunyai ukuran diameter 2.56 mm. sedimen cenderung tidak didominasi oleh satu
atau beberapa jenis partikel, tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang
berbeda-beda. Metode lain untuk mengklasifikasi sedimen adalah dengan cara
melihat asal mereka.
Sedimen diambil
dengan menggunakan Grab yang terbuat
dari stainless still. Contoh sedimen tersebut dimasukan dalam botol polietilen, disimpan dalam frezer dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan
dalam beaker teflon dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC
selama 8 jam. Setelah kering dibilas 3 kali dengan air suling bebas logam
berat. Kemudian dikeringkan kembali
dan digerus hingga
homogen. Sebanyak 5 gram contoh
sedimen tersebut didestruksi dalam beaker teflon dengan HNO3/HCl pada suhu + 100oC
selama 8 jam Loring dan Rantala. Untuk
mendeteksi ada tidaknya
kontaminasi selama pengambilan
sampel, penyaringan, pengawetan dan
transportasi ke Jakarta, maka
dilakukan Metode Blanko (control). (Rozak, 2007).
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan grab
(Van Veen Grab, ukuran kecil) pada 5 (lima) stasiun
pengamatan di
perairan Raha Sulawesi Tenggara. Sampel selanjutnya dimasukkan
dalam wadah tertutup rapat dan berwarna gelap serta
disimpan dalam ice box. Analisis senyawa
hidrokarbon ditentukan berdasarkan metode standar untuk analisis air dan
limbah. Analisis dilakukan
dengan menggunakan
kromatografi dan spektrofotometer
fluorosensi UV di laboratorium Kimia Radiasi FMIPA
Universitas Hasanuddin Ujung Pandang.
Sampel sebanyak 100 gram ditimbang
(analitis) kemudian ditentukan kadar
airnya, selanjutnya dilakukan
ekstraksi bahan organik
(EBO) dengan menggunakan campuran 100 ml toluen
dan 250 ml metanol
dalam KOH 0,5 M, lalu direflux
selama 4-5 jam. Larutan kemudian didinginkan, disaring
dengan penyaring Buchner dan dicuci dengan larutan toluen.
Filtrat dipisahkan dengan
corong pemisah, fase
organik diambil dan
fase airnya dicuci
dengan toluen sebanyak tiga kali
masing-masing 25 ml. Selanjutnya
fase organik dikeringkan dengan menambahkan
Na2SO4 anhidrat, dibiarkan satu malam disaring
dan filtratnya diuapkan dengan
menggunakan rotavapor. Setelah
kering, ekstrak bahan organiknya ditimbang
sebagai esktrak bahan organic
(EBO). Selanjutnya ekstrak bahan organik difraksinasi dengan menggunakan kolom kromatografi adsorben yang berisi silika gel (70-230 mesh) untuk memisahkan fraksi hidrokarbon alifatik
(n-alkana) dengan fraksi hidrokarbon aromatik. Kemudian kandungan hidrokarbon alifatik
dan aromatik ditentukan dengan kromatografi gas dan spektrofotometer fluorosensi
UV (Widayati,2009).
2.5.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
angkutan sedimen adalah sifat-sifat aliran, sifat-sifat sedimen, dan pengaruh
timbal balik antara keduanya. Bentuk dan ukuran partikel sedimen, mempengaruhi
kecepatan rata-rata aliran ketika partikel bergerak di dasar saluran,
mempengaruhi kecepatan jatuh (fall velocity) dan angkutan sedimen dasar
(bed load transpor), seperti halnya butiran pipih mempunyai kecepatan
endap lebih kecil, dan lebih sulit ditranspor daripada butiran bulat
(Abdurrosyid, 2003 dalam Abdurrosyid
dan Purwoto, 2006).
Kecepatan jatuh (fall velocity) atau
kecepatan endap (silting velocity), yaitu kecepatan pencapaian partikel
ke dasar pada kolam air yang diam, yang berhubungan langsung dengan kondisi
relatif aliran diantara partikel sedimen dan air selama kondisi pergerakan
sedimen, angkutan sedimen dan pengendapan (Yang, 2000 dalam Abdurrosyid dan Purwoto, 2006).
2.6 Kecerahan
2.6.1 Pengertian Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan kedalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang
gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar
satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari
untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air
(Tancung,2007).
Menurut
Gusrina (2008), Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran
cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan
lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu
perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Kecerahan dan kekeruhan air
dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam
perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari
didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam
air. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat
kesuburan air.
2.6.2 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecerahan
Kecerahan dipengaruhi oleh benda-benda halus
yang disuspensikan, seperti lumpur, jasad–jasad renik (plankton),dan warna air.
Dengan mengetahui kecerahan suatau laut, dapat mengetahui sejauh man masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang keruh
dan paling keruh. Kekeruhan yang baik adalah kedalaman tertentu yang disebabkan
oleh jasad-jasad renik atau plankton (Tancung,2007).
Menurut Edward, et al (2004), Kecerahan air laut umumnya dipengaruhi oleh curah
hujan. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan terjadi turbulensi dan membawa
lumpur-lumpur yang berasal dari darat melalui aliran-aliran sungai ke perairan
laut, sehingga perairan laut menjadi keruh. Kecerahan berbanding terbalik
dengan kekeruhan, makin cerah suatu perairan makin rendah tingkat kekeruhanya.
Kekeruhan air adalah suatu ekspresi sifat optik air yang berkaitan dengan
pembiasan dan penyerapan cahaya oleh bahan yang tersuspensi dalam air sehingga
transmisi cahaya tidak dalm garis lurus. Oleh karena itu kekeruhan, warna,
kecerahan merupakan fenomena- fenomena kualitas air yang saling berkaitan.
UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar