Sabtu, 17 November 2012

Daftar File Tugas "Marine Science"

silakan ambil sepuas kamu, tapi gunakan sesuai kebutuhan dan hal yang baik,,
serakah = Haram,,
Haram = Dosa,,
tapi btw, Dosa itu makanan apa ya???
ya dah, silakan di download.

1. Akustik Kelautan   : Perambatan Gelombang.
2. Pencemaran Laut   : Laporan Praktikum Pencemaran Laut
3. Geologi Laut          : Laporan Praktikum Geologi Laut
4. Oceanografi Fisika : Laporan Praktikum OceFis
5. Oceanografi Kimia : Laporan Praktikum Ocekim


lain kali, cari jurnal ato bahan referensi kalian disini aja yaa...
mohon kunjungi website ini lagi di KIDDINK GENK UB .....
Thankz.,,

Kamis, 15 November 2012

PENCEMARAN LAUT


LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9

1.    AHMAD RAMDANI                105080607111001
2.    APRILIA SAFITRI                   105080601111008
3.    DAVID FATHUR                    105080601111004
4.    DEDY SYAHPUTRA              105080601111038
5.    DIAN AFRIANTO                   105080601111022
6.    FARIKH ASSAFRI                  105080601111044
7.    HENDRI MEI HARIS              105080601111006
8.    IWAN SUPRAYOGI               105080602111001
9.    M. AFFAN FAZUMI                105080601111052
10.  SITI MARDIYAH NMJ             105080600111036
11.  SITI MARWAH W.                   105080601111026
12.  YUNUS HIDAYAT                   105080601111058
                                                    


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012













BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Langkah pembuatan tanggul terbukti tidak aman dalam penanganan, karena banjir lumpur disejumlah desa disebabkan tanggul  beberapa kali jebol. Diperkirakan 400 hektar lahan di 10 desa akan tergenang jika semburan lumpur terus berlangsung dalam waktu 3 bulan kedepan. Upaya untuk mengatasi dengan cara membuang lumpur ke laut akan menimbulkan masalah baru, yakni akan mengganggu biotik laut dan dikhawatirkan akan mencemari perairan laut dan pesisir (Absori, 2005).
Dampak terhadap ekosistem air di Sungai Porong dan sungai Aloo akibat pembuangan lumpur,membahayakan kesehatan masyarakat sekitar dan industry-industri kelautan seperti budidaya tambak udang, ikan, dan produksi garam yang ada, sebagai dasar pertimbangan manajemen resikonya sampai seberapa besar resiko tersebut diperkirakan perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut melalui pemantauan kualitas air dan badan air secara rutin dan analisis hasil pemantauan tersebut (Niniek, 2007).
Lokasi ini dipilih untuk melakukan praktikum Pencemaran Laut karena diduga bahwa di porong ini telah terkandung bahan logam berat yang berasal dari lumpur lapindo yang mengalir ke sungai ini, sehingga lokasi ini sangat cocok sebagai tempat Praktikum Pencemaran Laut tentang parameter kimia dan Parameter Fisika.

1.2  MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk mengetahui cara pengambilan sampel air serta mampu menguji   kadar kandungan bahan-bahan kimia perairan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tujuan dari praktikum Pencemaran Laut   ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran dan kadar bahan-bahan kimia pencemar perairan dari Lumpur Lapindo disekitar  muara Sungai Porong.

1.3  WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Laboratorium Pencemaran Laut dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 5 Juni 2012 pukul 09.00 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Gedung A Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Praktikum lapang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 mei 2012, pukul 08.00-15.00 WIB, bertempat di Jabon, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENCEMARAN LAUT
Pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah pesisir pantai, sehingga menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi (Sekertariat dewan maritim indonesia, 2000).
Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Suratmo, 1990).
2.1.1 SUMBER BAHAN PENCEMAR
Dewasa ini terdapat 500 senyawa yang pernah  dideteksi dalam suatu cuplikan minyak bumi yang terdiri dari minyak bumi fraksi ringan dan fraksi berat. Minyak bumi  fraksi ringan, komponen utamanya adalah n-alkana dengan atom C15-17, sedangkan minyak bumi fraksi  berat komponen utamanya adalah fraksi hidrokarbon dengan tidik didih tinggi. Keberadaan senyawa hidrokarbon minyak bumi di perairan laut dapat  berasal dari berbagai sumber. Akibat - akibat jangka pendek dari  pencemaran minyak bumi sudah banyak dilaporkan. Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga berkurang mutunya. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak (Muhajir, 2004).
Lebih lanjut Dahuri dan Damar (1994) mengatakan bahwa sumber bahan pencemaran perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1.  Point Sources, yaitu sumber pencemar yang dapat diketahui dengan pasti keberadaannya, contoh: pencemaran yang bersumber dari hasil buangan pabrik atau industri.
2.  Non Point Sources, yaitu sumber pencemaran yang tidak dapat di ketahui secara pasti keberadaannya, contoh: buangan rumah tangga, limbah pertanian, sedimentasi, serta bahan pencemaran lain yang sulit dilacak sumbernya.

2.1.2 MACAM-MACAM BAHAN PENCEMAR
Menurut (Fardiaz,1992).Penggunaan logam – logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari  lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam  – logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam  tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Menurut Damar (1994) menyatakan,ditinjau dari daya uraiannya maka bahan pencemar pada perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1.  Senyawa-senyawa konservatif, merupakan senyawa-senyawa yang dapat bertahan lama di dalam suatu badan perairan sebelum akhirnya mengendap ataupun terabsorbsi oleh adanya berbagai reaksi fisik dan kimia perairan, contoh:logam-logam berat, pestisisda, dan deterjen.       
2.  Senyawa-senyawa non konservatif, merupakan senyawa yang mudah terurai dan berubah bentuk di dalam suatu badan perairan, contoh: senyawa-senyawa organic seperti karbohidrat, lemak dan protein yang mudah terlarut menjadi zat-zatanorganik oleh mikroba.

2.2 PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN
  2.2.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah kepanjangan  dari Biochemical Oxygen Demand. Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut  dan sebagian zat organis yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air  buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah. Apabila sesuatu badan air dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan. Keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air(tekmira, 2010).
BOD adalah suatu ukuran dari jumlah oksigen  yang telah digunakan mikroorganisme pada suatu perairan dalam oksidasi bahan organik, seperti bakteri aerobik. Sumber bahan alami organik adalah pembusukan tanaman dan gugur daun. Namun, pertumbuhan tanaman dan pembusukan dapat dipercepat tidak wajar ketika nutrisi dan sinar matahari yang terlalu banyak akibat pengaruh manusia. Perkotaan juga membawa limbah dari hewan peliharaan jalan-jalan dan trotoar; nutrisi dari rumput pupuk; daun, potongan rumput, dan kertas dari daerah pemukiman, yang meningkatkan kebutuhan oksigen. Oksigen dikonsumsi dalam proses dekomposisi merampas organisme air lain dari oksigen yang mereka butuhkan untuk hidup. Organisme yang lebih toleran lebih rendah kadar oksigen terlarut dapat mengganti keanekaragaman organisme yang lebih sensitive(fivecreeks, 2009).

2.2.2 Pb (Timbal)
Menurut (Sudarwin,2008), Karakteristik dari logam berat Pb (Timbal) adalah biasanya mempunyai berat atom sekitar 207,21, dan berat jenis 11,34, bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC. Sedangkan  pengertian Timbal adalah sebuah   unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk garam anorganik  yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk timbal  organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead  (TEL) dan  Tetra Methyl Lead (TML)..
Logam berat yang dapat disebut bahan pencemar dan berpotensi membahayakan wilayah pesisir diantaranya adalah Pb. Biasanya Pb dimanfaatkan untuk membantu proses pemurnian minyak(Febrita,2006).

2.2.3 SUHU
Membran mikrofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam  pengolahan air bersih. Namun teknologi ini rentan terhadap pengotoran/fouling  oleh partikel dalam air limbah yang berupa koloid yang mengakibatkan kinerja dan selektivitas dari membran dapat berkurang. Salah satu proses untuk mengurangi laju fouling dalam membran adalah proses koagulasi. Suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Variasi  suhu yang dilakukan adalah suhu 30, 40 dan 500C, sedangkan variasi pHnya adalah 5, 7 dan 9. Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk tahapan koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 400C dan pH = 5. Dengan bantuan tahapan koagulasi ini maka hasil yang diperoleh dalam proses pengolahan air menggunakan teknologi membran diantaranya fluks permeat tertinggi yang diperoleh mencapai 0,0238 m3/m2.Jam dan persen rejeksi untuk TDS sebesar 56,52 % sedangkan persen rejeksi untuk COD sebesar 38,9 %(Eva, 2010).
Suhu sangat besar pengaruhnya terhadap metabolisme, dimana suhu air yang terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan dan prkembangan gonad. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi, dapat membuat induk menjadi strss dan aktif bergerak, shingga akan mengeluarkan banyak energi ( Alqodri et al. 2005). Selain itu, perubahan suhu dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon Gonadotropin Releazing Hormon (GnRH). Gonadotropin yang dihasilkan meliputi Folicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang berperan merangsang aktifitas perkembangan gonad (Matty, 1985).

2.2.4 pH ( Derajat Keasaman )
pH Air - pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu perairan. pH Air Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka mineral dalam air tidak akan ditemukan. Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan gabus dapat hidup pada lingkungan pH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2(sentra, 2011).
Suatu skala atau ukuran untuk mengukur keasaman atau kebasaan larutan dinamakan pH, nilainya bervariasi antara 0 – 14 dengan batas normal ada pada nilai 7. Air laut umumnya memiliki nilai ph diatas 7 yang berarati bersifat basis, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat mnjadi bersifat asam. Perubahan nilai pH yang demikian berpengaruh terhadap kualitas perairan yang akhirnya akn berdampak pada kehidupan biota yang ada didalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri kimia tertentu ke dalam suatu perarairan dapat mempengaruhi nilai pH didalamnya(Susana, 2005).

2.2.5 Cd (Cadmium)
Salah satu logam berat yang lunak dengan warna kebiruan , mudah dibentuk, dan merupakan logam putih adalah cadmium. Cadmium memiliki Titik didih yang relatif rendah (767ºC)  sehingga membuatnya mudah terbakar, membentuk asap kadmium oksida(Sudarwin,2008).
Menurut (Febrita,2006), Biasanya fungsi dari Kadmium dan bentuk garamnya banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni - Cd baterai.  Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses fotografi, gelas, dan campuran perak, produksi foto-elektrik,  foto - konduktor, dan fosforus

2.2.6 Cu (Cuprum)
Menurut (Sudarwin,2008), Logam berat yang dapat disebut bahan pencemar dan berpotensi membahayakan wilayah pesisir diantaranya adalah Cu. Biasanya Cu sendiri digunakan untuk cat anti karat pada kapal, dan merupakan limbah permukiman juga perkotaan
Menurut (Andarani, 2009). Logam Cu memiliki Baku Mutu sedimen sebesar 49,98 ppm, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh konsentrasi logam Cu pada seluruh titik pengambilan sampel memenuhi baku mutu tersebut.











Gambar 1. Profil Konsentrasi Logam Berat Cu dalam (a) air, (b) sedimen
(Andarani, 2009)

2.2.7 TOC ( Total Organic Carbon )
TOC merupakan kandungan Karbon organik total atau Total Organic Carbon yang terdiri dari bahan organik terlarut. Bahan organik yang tercakup dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat. Untuk cara pengukuran TOC tidak memerlukan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan  tingkat pencemaran, terutama apabila nilai TOC antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat pembuangan suatu limbah dapat dibandingkan. Pada penentuan nilai TOC, bahan organik dioksidasi menjadi karbondioksida yang diukur dengan  non- dispersive  infrared analyzer.  Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan menggunakan  flame ionization detector.  Pada metode ini, karbon dioksida di reduksi menjadi gas metana(Subrata, 2002).
Pada karbon organic total, prinsip dasar untuk kuantisasi bergantung pada penghancuran bahan organik yang ada di tanah atau sedimen walaupun ada cara yang tidak merusak beberapa teknik diidentifikasi dalam literatur yang sedang dalam pengembangan. Penghancuran bahan organik dapat dilakukan secara kimia atau melalui panas pada temperatur tinggi. Semua bentuk karbon dalam sampel adalah dikonversi menjadi CO2 yang kemudian diukur secara langsung maupun tidak langsung dan dikonversi ke karbon organik total atau total karbon konten, berdasarkan adanya karbonat anorganik. Metode-metode ini dapat menjadi kuantitatif atau semi-kuantitatif tergantung pada proses yang digunakan untuk menghancurkan bahan organic. Beberapa faktor yang harus diperhitungkan ketika memilih metode untuk penentuan karbon organik total. Faktor-faktor ini termasuk kemudahan penggunaan kekhawatiran, kesehatan dan keamanan, biaya, sampel throughput, dan  komparabilitas dengan metode referensi standar. Faktor-faktor ini menjadi perhatian untuk kedua persiapan sampel dan tahap kuantisasi  sampel penentuan TOC (Schumacher, 2002).
2.2.8 TSS (Total Suspended Solid)
Total Suspended Solid merupakan padatan yang tersuspensi didalam air berupa bahan-bahan organic dan anorganik. TSS merupakan residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Huda, 2009).
Materi tersuspensi merupakan materi yang ukuranya lebih besar daripada ion/molekul yang terlarut..Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel.Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen  air secara lengkap,juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan air minum maupun air buangan(Sumestri1984).

UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...

Geologi Laut


LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9

1.    AHMAD RAMDANI                105080607111001 
2.    APRILIA SAFITRI                   105080601111008 
  3.  DAVID FATHUR                      105080601111004
                4.   DEDY SYAHPUTRA                105080601111038
                5.   DIAN AFRIANTO                     105080601111022
                6.  FARIKH ASSAFRI                    105080601111044
                7.  HENDRI MEI HARIS                 105080601111006
               8.   IWAN SUPRAYOGI                  105080602111001
               9.  M. AFFAN FAZUMI                   105080601111052
              10.  SITI MARDIYAH NMJ              105080600111036
              11.  SITI MARWAH W.                     105080601111026
  12.  YUNUS HIDAYAT                     105080601111058


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012




BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Luas daerah pengaliran Kali Brantas adalah 12.000 km2 atau sekitar 25% dari luas Propinsi Jawa Timur. Panjang total sungai 320 km dengan jumlah curah hujan rata-rata mencapai 2000 mm/tahun., mengalir melingkari gunung yang masih aktif, yaitu Gunung Kelud.  Peningkatan run-off dan debit banjir merupakan akibat dari pesatnya pembangunan infrastruktur di DASnya sehingga menyebabkan meningkatnya perubahan tutupan lahan. Lapindo Brantas acc merupakan kejadian yang paling berpengaruh pada kondisi keamanan Kali Brantas dengan semburan lumpur panas sekitar 50 ribu m3/hari yang terjadi pada tahun 2006, sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas kanal dan juga operasionalnya karena solusi semburan lumpur ini dialirkan ke Porong Kanal (Kuntjoro,2009).
Banyak masyarakat Sidoarjo menjadi korban karena kegagalan menghentikan semburan lumpur  panas ini. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari pelepasan lumpur ini ke Kali Porong berpotensi dapat meluas ke kawasan yang  melampaui batas wilayah Kabupaten Sidoarjo (Niniek, 2007).
Sungai porong ini dipilih sebagai tempat praktikum Geologi Laut untuk pengambilan sample sedimen karena sungai ini diduga mengandung sedimen yang berasal dari lumpur lapindo, sehingga sangat cocok untuk diamati dan diteliti kandungan sedimen apa saja yang terdapat di sungai ini.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk mengetahui struktur dan tekstur lapisan-lapisan sedimen yang terbentuk dimuara sungai porong.
Tujuan dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk memperoleh data profil sedimen, sedimen permukaan, dan kecepatan partikel sedimen mengendap pada lokasi praktikum di muara Sungai Porong.
1.3 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum lapang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 mei 2012 pukul 08.00-15.00 WIB bertempat di Jabon, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Praktikum Laboratorium Geologi Laut dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Gedung A Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEDIMEN
              2.1.1 JENIS DAN DEFINISI SEDIMEN
Menurut definisi Raymond (1995) dalam Minarto et al (2008), definisi batuan sedimen adalah hasil dari akumulasi dan solidifikasi sedimen, yaitu material yang dibawa oleh media air ataupun media angin. Sedangkan definisi dari BENT et al (2001) dalam Minarto et al (2008), sedimen merupakan partikel dari hasil pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun-daunan.           
   Bumi adalah planet yang terus berkembang, dengan kegiatan yang kompleks seperti air mengalir dan bergerak membentuk gelombang.Sungai membawa beban berat ke laut yang berasal dari sedimen dari benua, kemudian membentuk daerah pesisir.Daerah pesisir bervariasi dalam topografi, ikli, and vegetasinya.Sedimen adalah tempat dimana benua dan samudera berkumpul untuk menghasilkan sebuah landsekap yang selalu berubah dengan cepat (Erickson, 2003).
Menurut (Gross, 1995).Partikel sedimen dibagi menjadi dua bagian yaitu dari asalnya dan dari ukurannya. Diklasifikasi berdasarkan asalnya, partikel sedimen dibagi menjadi:
·         Lithogenous partikel (berasal dari batu) :  Kebanyakan bahan tambang silikat butiran dilepaskan oleh batu silikat yang turun pada continent selama musim dan formasi tanah di lautan terbuka, vulkano adalah sumber penting pada partikrl lithogenous.
·         Biogenous partikel (berasal dari organisme) :  larutan yang tersisa dari tulang, gigi atau kerang dari organism laut.
·         Hydrogenous partikel (berasal dari air) :Dibentuk oleh reaksi kimia yang terjadi di lautan atau pada sedimen.

             2.1.2 UKURAN BUTIR SEDIMEN
Uji kuantitatif yang dilakukan di laboratorium dengan cara sedimen dikeringkan, ditimbang, diayak dengan ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.063 mm dan di letakkan di ember untuk ukuran butir yang lolos dari ayakan ukuran 0.063 mm. Sedimen yang melayang di buang airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember adalah lanau (Pethick, 1997).









Table 1. Tabel Wentworth (Pethick, 1997)
Menurut (Minarto et al, 2008), Selanjutnya masing-masing ukuran butir disimpan pada trei almunium dan dikeringkan (WENTWORTH 1922) dalam Minarto et al (2008), untuk ditimbang dan dihitung presentase masing-masing penyusun sedimen yang meliputi kerikil, pasir, lanau dan lempung. Beri nama jenis sediment berdasarkan segi tiga Shepard (1954).











Table 2. Segi tiga Shepard (Minarto et al, 2008)











Tabel 3. Prosentase kandungan sedimen (Minarto et al, 2008)
Menurut Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), dalam analisis ukuran butiran sedimen, nilai φ di-peroleh dari formula φ= -log2 d, dimana d merupakan diameter butiran dalam satuan mi-limeter. Nilai φ pada masing-masing per-sentasi kumulatif, selanjutnya dimasukkan ke dalam formula untuk memperoleh peu-bah distribusi granulometri sedimen. Peu-bah yang dimaksud ini adalah nilai rataan empirik (Mz), penyortiran (σ1), dan kemen-cengan (Sk). Formula dari masing-masing peubah tersebut mengikuti Folk & Ward dalam Dyer (1986), sebagai berikut:
- Rataan empirik (Mz)
Mz = (φ16 + φ50 + φ84) / 3
- Penyortiran (σ1)
σ1 = (φ84 – φ16) / 4 + (φ95 – φ5) / 6,6
dengan kriteria :
0,00< σ1 ≤0,35      : tersortir sangat baik
0,35< σ1 ≤0,50      : tersortir baik
0,50< σ1 ≤1,00      : tersortir sedang
1,00< σ1 ≤2,00      : tersortir buruk
2,00< σ1 ≤4,00      : tersortir sangat buruk
σ1 >4,00                : tersortir buruk sekali

- Kemencengan (Sk)
Sk= {(φ16+φ84-2φ50)/2(φ84-φ16)}+ {(φ5+φ95-2φ50)/2(φ95-φ5)}
dengan kriteria:
-1,00< Sk < -0,30  : asimetris kuat ke ukuran besar
-0,30< Sk < -0,10  : asimetris ke ukuran besar
-0,10< Sk < 0,10   : simetris granulometri
0,10< Sk < 0,30    : asimetris ke ukuran kecil
0,30< Sk < 1,00    : asimetris kuat ke ukuran kecil
Untuk nilai Mz, selanjutnya dikonver-si kembali ke dalam diameter ukuran butir (satuan milimeter), kemudian diklasifikasi-kan menurut klasifikasi Wentworth-Udden seperti dikemukakan oleh Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), sebagai berikut:
>256 mm                          : Bongkah
256 – 64 mm                     : Berangkal
64 – 4 mm                         : Kerakal
4 – 2 mm                           : Granul
2 – 1 mm                           : Pasir sangat kasar
1 – 0,5 mm                        : Pasir kasar
0,5 – 0,25 mm                   : Pasir sedang
0,25 – 0,125 mm               : Pasir halus
0,125 – 0,062 mm             : Pasir sangat halus
0,062 – 0,004 mm             : Debu
< 0,004 mm                      : Tanah Liat / lumpur

2.2 METODE PENGUKURAN TEKSTUR SEDIMEN
              2.2.1 US DEPARTEMENT OF AGRICULTURE(USDA)
United State Department of Agriculture (USDA) adalah suatu cabang badan eksekutif pemerintah Amerika Serikat untuk mengurus bidang pertanian. USDA mempunyai misi yakni meningkatkan kualitas hidup dengan jalan mendukung kegiatan pertanian, memastikan keamanan produk, nilai nutrisi, distribusi pangan, pertanian lahan terbuka maupun hutan. Kerja dari USDA diantaranya adalah menetapkan kualitas bahan pangan berdasarkan hasil dari inspeksi di pasar maupun dari penilaian bahan pangan. Sebagai upaya untuk mencapai hal tersebut, USDA peduli terhadap lingkungan dan sumberdaya alam agar tetap produktif dan menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam risetnya yang berkaitan dengan hal ini, USDA menetapkan beberapa peraturan, selain itu juga menetapkan klasifikasi tekstur tanah yang mana ada 12 kelas (USDA, 2012).
Berdasarkan United State Department of Agriculture (USDA) tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Madi, 2011).

              2.2.2 KLASIFIKASI WENTHWORTH
Menurut (Kusumadinata, 1980) Komponen penyusun batuan sedimen klastik, Fragmen memiliki komponen dalam batuan sedimen yang berukuran lebih besar dari pada komponen lainnya. Matriks memiliki komponen yang ukurannya relatif lebih kecil dari fragmen. Semen dengan berukuran halus, merekatkan di antara butiran/fragmen dan matriks.Klasifikasi yang paling sederhana adalah klasifikasi deskriptif yang didasarkan atas ukuran butiran. Ukuran butir yang dipakai ialah skala Wentworth. Jenis batuan dalam klasifikasi ini ialah :
- Breksi atau konglomerat ( ukuran butir >256mm )
- Batupasir ( ukuran butir 1/16-2mm )
- Batu lanau ( ukuran butir 1/16-1/256mm )
- Batulempung ( ukuran butir < 1/256mm )
Skala ukuran butir (menurut Wentworth, 1992) serta terminologi klastik :
Ukuran
Sedimenter (epiklastik)
Volkanik (piroklastik)
Bundar, bundar tanggungMenyudut tanggung
Menyudut
Fragmen
Agregat
Fragmen
Agregat
256 nm64 nm
4 nm
2 nm
1/16 nm
1/256 nm
Bongkah
Kerikil bongkahKonglomerat bongkah
Blok
Breksivolkanik
Kerakal
Kerikil kerakalKonglomerat kerakal
Bomb
Anglomerat
Kerikil
KerikilKonglomerat kerikil
Breksi
TuffLapilli
Granul
Granul

Abu kasarTuff kasar
Pasir
PasirBatu pasr
Lanau
LanauBatu lanau

Abu halusTuff halus
Lempung
Lempung sepih



Table 4.Skala ukuran butir (Kusumadinata, 1980)
Pembagian skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen, sederhananya.
              2.2.3 KECEPATAN ENDAP SEDIMEN
Pada saat Proses pengendapan partikel berlangsung dengan baik apabila aliran air dalam keadaan tenang (laminer). Kecepatan aliran hendaknya tidak melebihi kecepatan gerusan, agar partikel yang telah mengendap tidak tergerus dan melayang lagi. Besarnya kecepatan gerusan (scouring velocity) terutama dipengaruhi oleh specific gravity dan ukuran butir partikel. Gelombang mempunyai energi yang dapat mengerosi garis pantai dan sementara mengedapkan partikel partikel sediment. Sedimen diangkut melalui sistem fluvial sebagai bedload. Bedload ini diangkut dengan memantulkan atau bergulir sepanjang bagian bawah dasar muara sungai. Mengukur laju angkutan sedimen untuk sedimen tersuspensi dilakukan dengan mencari debit aliran (Q) dan konsentrasi sedimen di kolom air (Scribd, 2010).
     Menurut (Salim, 2012).Struktur ukuran butir partikel di dalam lumpur sangat bervariasi, maka tidak semua partikel dapat diendapkan di dalam kolam pengendapan. Dengan demikian hanya partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan sama atau lebih besar dari vt = 5,11 x 10-5 m/dtk akan mengendap secara sempurna di dalam bendungan. Sedang partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih rendah dari vt akan terbawa aliran yaitu partikel ukuran 0,0001 mm

2.3 STRATIFIKASI SEDIMEN
      Stratifikasi sdimen adalah sebuah hasil dari  penyusunan lapisan partikel yaitu berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan suatu hal yang sangat penting pada batuansedimen, batuan vulkanik dan metamorf(Kusnadi, 2010).
      Proses dari stratifikasi sedimen biasanya terjadi di dasar teluk. Strata pada masing-masing stratifikasi sedimen memiliki pola bergelombang dan teratur. Dari tahun ke tahun hal ini menunjukkan bahwa proses pengendapan berlangsung secara monoton, namun ketebalan masing-masing strata cukup bervariasi(Hermanto,1987).

UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...