Disusun
Oleh :
KELOMPOK 9
1. AHMAD RAMDANI 105080607111001
2. APRILIA SAFITRI 105080601111008
3. DAVID FATHUR 105080601111004
4. DEDY SYAHPUTRA 105080601111038
5. DIAN AFRIANTO 105080601111022
6. FARIKH ASSAFRI 105080601111044
7. HENDRI MEI HARIS
105080601111006
8. IWAN SUPRAYOGI 105080602111001
9. M. AFFAN FAZUMI 105080601111052
10. SITI MARDIYAH NMJ
105080600111036
11. SITI MARWAH W. 105080601111026
12.
YUNUS HIDAYAT 105080601111058
PROGRAM STUDI ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB 1 PENDAHULUAN
Langkah pembuatan tanggul terbukti tidak aman dalam
penanganan, karena banjir lumpur disejumlah desa disebabkan tanggul beberapa kali jebol. Diperkirakan 400 hektar
lahan di 10 desa akan tergenang jika semburan lumpur terus berlangsung dalam
waktu 3 bulan kedepan. Upaya untuk mengatasi dengan cara membuang lumpur ke
laut akan menimbulkan masalah baru, yakni akan mengganggu biotik laut dan
dikhawatirkan akan mencemari perairan laut dan pesisir (Absori, 2005).
Dampak terhadap ekosistem air di Sungai Porong dan sungai
Aloo akibat pembuangan lumpur,membahayakan kesehatan masyarakat sekitar dan
industry-industri kelautan seperti budidaya tambak udang, ikan, dan produksi
garam yang ada, sebagai dasar pertimbangan manajemen resikonya sampai seberapa
besar resiko tersebut diperkirakan perlu dilakukan penelitian mengenai hal
tersebut melalui pemantauan kualitas air dan badan air secara rutin dan
analisis hasil pemantauan tersebut (Niniek, 2007).
Lokasi ini dipilih untuk melakukan praktikum Pencemaran
Laut karena diduga bahwa di porong ini telah terkandung bahan logam berat yang
berasal dari lumpur lapindo yang mengalir ke sungai ini, sehingga lokasi ini
sangat cocok sebagai tempat Praktikum Pencemaran Laut tentang parameter kimia
dan Parameter Fisika.
Maksud dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk
mengetahui cara pengambilan sampel air serta mampu menguji kadar
kandungan bahan-bahan kimia perairan yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Tujuan dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk mengetahui tingkat
pencemaran dan kadar bahan-bahan kimia pencemar perairan dari Lumpur Lapindo
disekitar muara Sungai Porong.
Praktikum Laboratorium Pencemaran Laut dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 5 Juni 2012 pukul 09.00 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Kelautan Gedung A Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
Praktikum lapang dilaksanakan pada
hari sabtu tanggal 12 mei 2012, pukul 08.00-15.00 WIB, bertempat di Jabon,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Pencemaran
laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung
oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah pesisir pantai,
sehingga menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam
hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk
perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat
kualitas air laut serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi
(Sekertariat dewan maritim indonesia, 2000).
Masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Suratmo,
1990).
2.1.1 SUMBER BAHAN PENCEMAR
Dewasa
ini terdapat 500 senyawa yang pernah dideteksi
dalam suatu cuplikan minyak bumi yang terdiri dari minyak bumi fraksi ringan
dan fraksi berat. Minyak bumi fraksi
ringan, komponen utamanya adalah n-alkana
dengan atom C15-17, sedangkan minyak bumi fraksi berat komponen utamanya adalah fraksi
hidrokarbon dengan tidik didih tinggi. Keberadaan senyawa hidrokarbon minyak
bumi di perairan laut dapat berasal dari
berbagai sumber. Akibat - akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak
dilaporkan. Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel
yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke
dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan
senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh.
Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga
berkurang mutunya. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan.
Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan
keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak (Muhajir,
2004).
Lebih lanjut Dahuri dan Damar (1994) mengatakan bahwa sumber
bahan pencemaran perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Point Sources,
yaitu sumber pencemar yang dapat diketahui dengan pasti keberadaannya, contoh:
pencemaran yang bersumber dari hasil buangan pabrik atau industri.
2. Non Point Sources,
yaitu sumber pencemaran yang tidak dapat di ketahui secara pasti keberadaannya,
contoh: buangan rumah tangga, limbah pertanian, sedimentasi, serta bahan
pencemaran lain yang sulit dilacak sumbernya.
2.1.2 MACAM-MACAM BAHAN PENCEMAR
Menurut
(Fardiaz,1992).Penggunaan logam – logam berat dalam berbagai keperluan
sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja
maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut
ternyata telah mencemari lingkungan
melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam – logam berat yang berbahaya dan sering
mencemari lingkungan terutama adalah merkuri
(Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam
– logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam
tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Menurut Damar (1994) menyatakan,ditinjau dari daya
uraiannya maka bahan pencemar pada perairan laut dapat dibagi atas dua jenis
yaitu:
1. Senyawa-senyawa konservatif, merupakan
senyawa-senyawa yang dapat bertahan lama di dalam suatu badan perairan sebelum
akhirnya mengendap ataupun terabsorbsi oleh adanya berbagai reaksi fisik dan
kimia perairan, contoh:logam-logam berat, pestisisda, dan deterjen.
2. Senyawa-senyawa non konservatif,
merupakan senyawa yang mudah terurai dan berubah bentuk di dalam suatu badan
perairan, contoh: senyawa-senyawa organic seperti karbohidrat, lemak dan
protein yang mudah terlarut menjadi zat-zatanorganik oleh mikroba.
2.2 PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN
2.2.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD
adalah kepanjangan
dari Biochemical
Oxygen Demand. Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris
yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar
terjadi di dalam air. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat organis yang tersuspensi
dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan
untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk
mendisain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian
zat organis adalah peristiwa alamiah. Apabila sesuatu badan air dicemari oleh
zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama
proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan. Keadaan menjadi
anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air(tekmira, 2010).
BOD
adalah suatu ukuran dari jumlah oksigen yang
telah digunakan mikroorganisme pada suatu perairan dalam oksidasi bahan
organik, seperti bakteri aerobik. Sumber bahan alami organik adalah pembusukan tanaman dan gugur daun. Namun,
pertumbuhan tanaman dan pembusukan
dapat dipercepat tidak
wajar ketika nutrisi dan sinar
matahari yang terlalu banyak
akibat pengaruh manusia. Perkotaan juga membawa limbah dari hewan peliharaan jalan-jalan dan
trotoar; nutrisi dari rumput pupuk; daun, potongan rumput, dan kertas dari daerah
pemukiman, yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Oksigen dikonsumsi dalam
proses dekomposisi merampas
organisme air lain dari oksigen yang mereka butuhkan untuk hidup.
Organisme yang lebih toleran lebih rendah kadar
oksigen terlarut dapat mengganti keanekaragaman organisme yang lebih sensitive(fivecreeks, 2009).
Menurut (Sudarwin,2008),
Karakteristik dari logam berat Pb
(Timbal) adalah biasanya mempunyai berat atom sekitar 207,21, dan berat
jenis 11,34, bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan
kilau logam, nomor atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC.
Sedangkan pengertian Timbal adalah sebuah unsur
yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan hewan.
Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya
berbentuk timbal organik. Timbal organik
ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra
Ethyl Lead (TEL) dan Tetra
Methyl Lead (TML)..
Logam berat
yang dapat disebut bahan pencemar dan berpotensi membahayakan wilayah pesisir
diantaranya adalah Pb. Biasanya Pb dimanfaatkan untuk membantu proses pemurnian
minyak(Febrita,2006).
Membran
mikrofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengolahan air bersih. Namun teknologi ini
rentan terhadap pengotoran/fouling oleh
partikel dalam air limbah yang berupa koloid yang mengakibatkan kinerja dan
selektivitas dari membran dapat berkurang. Salah satu proses untuk mengurangi
laju fouling dalam membran adalah proses koagulasi. Suhu dan pH merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Variasi suhu yang dilakukan adalah suhu 30, 40 dan
500C, sedangkan variasi pHnya adalah 5, 7 dan 9. Hasil menunjukkan bahwa
kondisi optimum untuk tahapan koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 400C
dan pH = 5. Dengan bantuan tahapan koagulasi ini maka hasil yang diperoleh
dalam proses pengolahan air menggunakan teknologi membran diantaranya fluks
permeat tertinggi yang diperoleh mencapai 0,0238 m3/m2.Jam dan persen rejeksi
untuk TDS sebesar 56,52 % sedangkan persen rejeksi untuk COD sebesar 38,9
%(Eva, 2010).
Suhu sangat besar pengaruhnya terhadap metabolisme, dimana suhu air yang
terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan dan prkembangan gonad. Sedangkan
suhu yang terlalu tinggi, dapat membuat induk menjadi strss dan aktif bergerak,
shingga akan mengeluarkan banyak energi ( Alqodri et al. 2005). Selain itu,
perubahan suhu dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon Gonadotropin Releazing Hormon (GnRH). Gonadotropin yang dihasilkan meliputi Folicle Stimulating Hormon (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH) yang berperan merangsang aktifitas
perkembangan gonad (Matty, 1985).
2.2.4 pH ( Derajat Keasaman )
pH Air - pH
(singkatan dari “ puisance negatif de H
“ ), yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu
perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan,
sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya
sesuatu perairan. pH Air
Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka mineral
dalam air tidak akan ditemukan. Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus, pH
air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air).
Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster
pectoralis), sepat jawa (Tricogaster
tericopterus ) dan ikan gabus dapat hidup pada lingkungan pH air 4-9, untuk
ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus
carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya
7,2(sentra, 2011).
Suatu skala
atau ukuran untuk mengukur keasaman atau kebasaan larutan dinamakan pH,
nilainya bervariasi antara 0 – 14 dengan batas normal ada pada nilai 7. Air
laut umumnya memiliki nilai ph diatas 7 yang berarati bersifat basis, namun
dalam kondisi tertentu nilainya dapat mnjadi bersifat asam. Perubahan nilai pH
yang demikian berpengaruh terhadap kualitas perairan yang akhirnya akn
berdampak pada kehidupan biota yang ada didalamnya. Banyaknya buangan yang
berasal dari rumah tangga dan industri kimia tertentu ke dalam suatu perarairan
dapat mempengaruhi nilai pH didalamnya(Susana, 2005).
Salah satu
logam berat yang lunak dengan warna kebiruan , mudah dibentuk, dan merupakan
logam putih adalah cadmium. Cadmium memiliki Titik didih yang relatif rendah
(767ºC) sehingga membuatnya mudah
terbakar, membentuk asap kadmium oksida(Sudarwin,2008).
Menurut
(Febrita,2006), Biasanya fungsi dari Kadmium dan bentuk garamnya banyak
digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri
pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni
sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni - Cd baterai. Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses
fotografi, gelas, dan campuran perak, produksi foto-elektrik, foto - konduktor, dan fosforus
Menurut
(Sudarwin,2008), Logam berat yang dapat disebut bahan pencemar dan berpotensi
membahayakan wilayah pesisir diantaranya adalah Cu. Biasanya Cu sendiri
digunakan untuk cat anti karat pada kapal, dan merupakan limbah permukiman juga
perkotaan
Menurut
(Andarani, 2009). Logam Cu memiliki Baku Mutu sedimen sebesar 49,98 ppm,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh konsentrasi logam Cu pada
seluruh titik pengambilan sampel memenuhi baku mutu tersebut.
Gambar 1. Profil Konsentrasi Logam
Berat Cu dalam (a) air, (b) sedimen
(Andarani,
2009)
2.2.7 TOC ( Total Organic Carbon )
TOC merupakan
kandungan Karbon organik total atau Total
Organic Carbon yang terdiri dari bahan organik terlarut. Bahan organik yang
tercakup dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat. Untuk cara pengukuran
TOC tidak memerlukan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran, terutama apabila nilai TOC
antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat pembuangan suatu limbah dapat
dibandingkan. Pada penentuan nilai TOC, bahan organik dioksidasi menjadi
karbondioksida yang diukur dengan non- dispersive infrared analyzer. Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan
menggunakan flame ionization detector.
Pada metode ini, karbon dioksida di reduksi menjadi gas metana(Subrata,
2002).
Pada karbon organic total, prinsip dasar
untuk kuantisasi bergantung pada penghancuran bahan
organik yang ada di tanah atau sedimen walaupun ada cara yang tidak merusak
beberapa teknik diidentifikasi dalam literatur yang sedang dalam pengembangan.
Penghancuran bahan organik dapat dilakukan secara kimia atau melalui panas pada
temperatur tinggi. Semua bentuk karbon dalam sampel adalah dikonversi menjadi CO2 yang kemudian diukur secara langsung
maupun tidak langsung dan dikonversi ke karbon organik total atau total karbon
konten, berdasarkan adanya karbonat anorganik. Metode-metode ini dapat menjadi
kuantitatif atau semi-kuantitatif tergantung pada proses yang digunakan untuk
menghancurkan bahan organic. Beberapa
faktor yang harus diperhitungkan ketika memilih metode untuk penentuan karbon
organik total. Faktor-faktor ini termasuk kemudahan penggunaan kekhawatiran,
kesehatan dan keamanan, biaya, sampel throughput, dan komparabilitas dengan metode referensi
standar. Faktor-faktor ini menjadi perhatian untuk kedua persiapan sampel dan
tahap kuantisasi sampel penentuan TOC (Schumacher, 2002).
2.2.8 TSS
(Total Suspended Solid)
Total Suspended
Solid merupakan
padatan yang tersuspensi didalam air berupa bahan-bahan organic dan anorganik.
TSS merupakan residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid
yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0,45 μm. Materi yang
tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi
penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Huda, 2009).
Materi tersuspensi merupakan materi yang ukuranya lebih
besar daripada ion/molekul yang terlarut..Perbedaan pokok antara kedua kelompok
zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel.Analisa zat padat
dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap,juga untuk perencanaan
serta pengawasan proses-proses pengolahan air minum maupun air
buangan(Sumestri1984).
UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...