Disusun
Oleh :
KELOMPOK 9
1. AHMAD RAMDANI 105080607111001
2. APRILIA SAFITRI
105080601111008
3. DAVID
FATHUR 105080601111004
4. DEDY SYAHPUTRA 105080601111038
5. DIAN AFRIANTO 105080601111022
6. FARIKH ASSAFRI 105080601111044
7. HENDRI MEI HARIS 105080601111006
8. IWAN SUPRAYOGI 105080602111001
9. M. AFFAN FAZUMI 105080601111052
10. SITI MARDIYAH NMJ 105080600111036
11. SITI
MARWAH W. 105080601111026
12.
YUNUS HIDAYAT 105080601111058
PROGRAM STUDI ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB 1 PENDAHULUAN
Luas daerah pengaliran Kali Brantas adalah 12.000 km2
atau sekitar 25% dari luas Propinsi Jawa Timur. Panjang total sungai 320 km
dengan jumlah curah hujan rata-rata mencapai 2000 mm/tahun., mengalir
melingkari gunung yang masih aktif, yaitu Gunung Kelud. Peningkatan run-off dan debit banjir
merupakan akibat dari pesatnya pembangunan infrastruktur di DASnya sehingga
menyebabkan meningkatnya perubahan tutupan lahan. Lapindo Brantas acc merupakan
kejadian yang paling berpengaruh pada kondisi keamanan Kali Brantas dengan
semburan lumpur panas sekitar 50 ribu m3/hari yang terjadi pada tahun 2006,
sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas kanal dan juga operasionalnya
karena solusi semburan lumpur ini dialirkan ke Porong Kanal (Kuntjoro,2009).
Banyak masyarakat Sidoarjo menjadi korban karena
kegagalan menghentikan semburan lumpur panas ini. Kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dari pelepasan lumpur ini ke Kali Porong berpotensi dapat meluas ke
kawasan yang melampaui batas wilayah
Kabupaten Sidoarjo (Niniek, 2007).
Sungai porong ini dipilih sebagai tempat praktikum
Geologi Laut untuk pengambilan sample sedimen karena sungai ini diduga
mengandung sedimen yang berasal dari lumpur lapindo, sehingga sangat cocok
untuk diamati dan diteliti kandungan sedimen apa saja yang terdapat di sungai
ini.
Maksud dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk
mengetahui struktur dan tekstur lapisan-lapisan sedimen yang terbentuk dimuara
sungai porong.
Tujuan dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk
memperoleh data profil sedimen, sedimen permukaan, dan kecepatan partikel
sedimen mengendap pada lokasi praktikum di muara Sungai Porong.
Praktikum lapang dilaksanakan pada
hari sabtu tanggal 12 mei 2012 pukul 08.00-15.00 WIB bertempat di Jabon,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Praktikum Laboratorium Geologi Laut
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.30 WIB bertempat di
Laboratorium Ilmu Kelautan Gedung A Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Menurut definisi
Raymond (1995) dalam Minarto et al (2008),
definisi batuan sedimen adalah hasil dari akumulasi dan solidifikasi sedimen,
yaitu material yang dibawa oleh media air ataupun media angin. Sedangkan
definisi dari BENT et al (2001) dalam Minarto et al (2008), sedimen merupakan partikel dari hasil
pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan
dan daun-daunan.
Bumi adalah planet yang terus berkembang,
dengan kegiatan yang kompleks seperti air mengalir dan bergerak membentuk
gelombang.Sungai membawa beban berat ke laut yang berasal dari sedimen dari
benua, kemudian membentuk daerah pesisir.Daerah pesisir bervariasi dalam
topografi, ikli, and vegetasinya.Sedimen adalah tempat dimana benua dan
samudera berkumpul untuk menghasilkan sebuah landsekap yang selalu berubah
dengan cepat (Erickson, 2003).
Menurut (Gross, 1995).Partikel
sedimen dibagi menjadi dua bagian yaitu dari asalnya dan dari ukurannya.
Diklasifikasi berdasarkan asalnya, partikel sedimen dibagi menjadi:
·
Lithogenous partikel
(berasal dari batu) : Kebanyakan bahan
tambang silikat butiran dilepaskan oleh batu silikat yang turun pada continent
selama musim dan formasi tanah di lautan terbuka, vulkano adalah sumber penting
pada partikrl lithogenous.
·
Biogenous partikel
(berasal dari organisme) : larutan yang
tersisa dari tulang, gigi atau kerang dari organism laut.
·
Hydrogenous partikel
(berasal dari air) :Dibentuk oleh reaksi
kimia yang terjadi di lautan atau pada sedimen.
Uji kuantitatif yang
dilakukan di laboratorium dengan cara sedimen dikeringkan, ditimbang, diayak
dengan ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.063 mm dan di
letakkan di ember untuk ukuran butir yang lolos dari ayakan ukuran 0.063 mm.
Sedimen yang melayang di buang airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember
adalah lanau (Pethick,
1997).
Table 1. Tabel Wentworth (Pethick, 1997)
Menurut (Minarto et al, 2008), Selanjutnya
masing-masing ukuran butir disimpan pada trei almunium dan dikeringkan
(WENTWORTH 1922) dalam Minarto et al (2008), untuk ditimbang dan
dihitung presentase masing-masing penyusun sedimen yang meliputi kerikil,
pasir, lanau dan lempung. Beri nama jenis sediment berdasarkan segi tiga
Shepard (1954).
Table 2. Segi tiga Shepard (Minarto et al,
2008)
Tabel 3. Prosentase kandungan sedimen (Minarto et
al, 2008)
Menurut
Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), dalam analisis ukuran butiran
sedimen, nilai φ di-peroleh dari formula φ= -log2 d, dimana d merupakan
diameter butiran dalam satuan mi-limeter. Nilai φ pada masing-masing
per-sentasi kumulatif, selanjutnya dimasukkan ke dalam formula untuk memperoleh
peu-bah distribusi granulometri sedimen. Peu-bah yang dimaksud ini adalah nilai
rataan empirik (Mz), penyortiran (σ1), dan kemen-cengan (Sk). Formula dari
masing-masing peubah tersebut mengikuti Folk & Ward dalam Dyer
(1986), sebagai berikut:
- Rataan
empirik (Mz)
Mz = (φ16 +
φ50 + φ84) / 3
- Penyortiran
(σ1)
σ1 = (φ84 –
φ16) / 4 + (φ95 – φ5) / 6,6
dengan
kriteria :
0,00< σ1
≤0,35 : tersortir sangat baik
0,35< σ1
≤0,50 : tersortir baik
0,50< σ1
≤1,00 : tersortir sedang
1,00< σ1
≤2,00 : tersortir buruk
2,00< σ1
≤4,00 : tersortir sangat buruk
σ1 >4,00 : tersortir buruk sekali
- Kemencengan
(Sk)
Sk=
{(φ16+φ84-2φ50)/2(φ84-φ16)}+ {(φ5+φ95-2φ50)/2(φ95-φ5)}
dengan
kriteria:
-1,00< Sk
< -0,30 : asimetris kuat ke ukuran
besar
-0,30< Sk
< -0,10 : asimetris ke ukuran besar
-0,10< Sk
< 0,10 : simetris granulometri
0,10< Sk
< 0,30 : asimetris ke ukuran kecil
0,30<
Sk < 1,00 : asimetris kuat ke
ukuran kecil
Untuk nilai
Mz, selanjutnya dikonver-si kembali ke dalam diameter ukuran butir (satuan
milimeter), kemudian diklasifikasi-kan menurut klasifikasi Wentworth-Udden
seperti dikemukakan oleh Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), sebagai
berikut:
>256 mm :
Bongkah
256 – 64 mm : Berangkal
64 – 4 mm : Kerakal
4 – 2 mm : Granul
2 – 1 mm :
Pasir sangat kasar
1 – 0,5 mm : Pasir kasar
0,5 – 0,25 mm : Pasir sedang
0,25 – 0,125
mm :
Pasir halus
0,125 – 0,062
mm : Pasir sangat halus
0,062 – 0,004
mm : Debu
<
0,004 mm : Tanah Liat
/ lumpur
United State Department of Agriculture (USDA) adalah
suatu cabang badan eksekutif pemerintah Amerika Serikat untuk mengurus bidang
pertanian. USDA mempunyai misi yakni meningkatkan kualitas hidup dengan jalan
mendukung kegiatan pertanian, memastikan keamanan produk, nilai nutrisi,
distribusi pangan, pertanian lahan terbuka maupun hutan. Kerja dari USDA
diantaranya adalah menetapkan kualitas bahan pangan berdasarkan hasil dari
inspeksi di pasar maupun dari penilaian bahan pangan. Sebagai upaya untuk
mencapai hal tersebut, USDA peduli terhadap lingkungan dan sumberdaya alam agar
tetap produktif dan menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam risetnya yang
berkaitan dengan hal ini, USDA menetapkan beberapa peraturan, selain itu juga
menetapkan klasifikasi tekstur tanah yang mana ada 12 kelas (USDA, 2012).
Berdasarkan United State Department of Agriculture (USDA)
tekstur tanah dibagi
menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah yang
meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat
berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat
berpasir, liat berdebu, dan liat (Madi, 2011).
Menurut (Kusumadinata,
1980) Komponen
penyusun batuan sedimen klastik, Fragmen memiliki komponen dalam batuan sedimen
yang berukuran lebih besar dari pada komponen lainnya. Matriks memiliki
komponen yang ukurannya relatif lebih kecil dari fragmen. Semen dengan berukuran halus,
merekatkan di antara butiran/fragmen dan matriks.Klasifikasi yang paling
sederhana adalah klasifikasi deskriptif yang didasarkan atas ukuran butiran. Ukuran
butir yang dipakai ialah skala Wentworth. Jenis batuan dalam klasifikasi ini
ialah :
- Breksi atau konglomerat ( ukuran butir >256mm )
- Batupasir ( ukuran butir 1/16-2mm )
- Batu lanau ( ukuran butir 1/16-1/256mm )
- Batulempung ( ukuran butir < 1/256mm )
Skala ukuran butir (menurut
Wentworth, 1992) serta terminologi klastik :
Ukuran
|
Sedimenter (epiklastik)
|
Volkanik (piroklastik)
|
||
Bundar, bundar tanggungMenyudut tanggung
|
Menyudut
|
|||
Fragmen
|
Agregat
|
Fragmen
|
Agregat
|
|
256 nm64 nm
4 nm
2 nm
1/16 nm
1/256 nm
|
Bongkah
|
Kerikil bongkahKonglomerat bongkah
|
Blok
|
Breksivolkanik
|
Kerakal
|
Kerikil kerakalKonglomerat kerakal
|
Bomb
|
Anglomerat
|
|
Kerikil
|
KerikilKonglomerat kerikil
|
Breksi
|
TuffLapilli
|
|
Granul
|
Granul
|
Abu kasarTuff kasar
|
||
Pasir
|
PasirBatu pasr
|
|||
Lanau
|
LanauBatu lanau
|
Abu halusTuff halus
|
||
Lempung
|
Lempung sepih
|
Table 4.Skala ukuran butir (Kusumadinata, 1980)
Pembagian skala ini dipilih karena pembagian
menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen, sederhananya.
Pada saat Proses
pengendapan partikel berlangsung dengan baik apabila aliran air dalam keadaan
tenang (laminer). Kecepatan aliran hendaknya tidak melebihi kecepatan gerusan,
agar partikel yang telah mengendap tidak tergerus dan melayang lagi. Besarnya
kecepatan gerusan (scouring velocity) terutama dipengaruhi oleh specific
gravity dan ukuran butir partikel. Gelombang mempunyai energi yang dapat
mengerosi garis pantai dan sementara mengedapkan partikel partikel sediment.
Sedimen diangkut melalui sistem fluvial sebagai bedload. Bedload ini diangkut
dengan memantulkan atau bergulir sepanjang bagian bawah dasar muara sungai.
Mengukur laju angkutan sedimen untuk sedimen tersuspensi dilakukan dengan
mencari debit aliran (Q) dan konsentrasi sedimen di kolom air (Scribd, 2010).
Menurut (Salim, 2012).Struktur
ukuran butir partikel di dalam lumpur sangat bervariasi, maka tidak semua
partikel dapat diendapkan di dalam kolam pengendapan. Dengan demikian hanya
partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan sama atau lebih besar dari vt =
5,11 x 10-5 m/dtk akan mengendap secara sempurna di dalam bendungan. Sedang
partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih rendah dari vt akan terbawa
aliran yaitu partikel ukuran 0,0001 mm
Stratifikasi
sdimen adalah sebuah hasil dari penyusunan
lapisan partikel yaitu berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan
suatu hal yang sangat penting pada batuansedimen, batuan vulkanik dan
metamorf(Kusnadi, 2010).
Proses
dari stratifikasi sedimen biasanya terjadi di dasar teluk. Strata pada
masing-masing stratifikasi sedimen memiliki pola bergelombang dan teratur. Dari
tahun ke tahun hal ini menunjukkan bahwa proses pengendapan berlangsung secara
monoton, namun ketebalan masing-masing strata cukup bervariasi(Hermanto,1987).
UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar