Kamis, 15 November 2012

Geologi Laut


LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9

1.    AHMAD RAMDANI                105080607111001 
2.    APRILIA SAFITRI                   105080601111008 
  3.  DAVID FATHUR                      105080601111004
                4.   DEDY SYAHPUTRA                105080601111038
                5.   DIAN AFRIANTO                     105080601111022
                6.  FARIKH ASSAFRI                    105080601111044
                7.  HENDRI MEI HARIS                 105080601111006
               8.   IWAN SUPRAYOGI                  105080602111001
               9.  M. AFFAN FAZUMI                   105080601111052
              10.  SITI MARDIYAH NMJ              105080600111036
              11.  SITI MARWAH W.                     105080601111026
  12.  YUNUS HIDAYAT                     105080601111058


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012




BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Luas daerah pengaliran Kali Brantas adalah 12.000 km2 atau sekitar 25% dari luas Propinsi Jawa Timur. Panjang total sungai 320 km dengan jumlah curah hujan rata-rata mencapai 2000 mm/tahun., mengalir melingkari gunung yang masih aktif, yaitu Gunung Kelud.  Peningkatan run-off dan debit banjir merupakan akibat dari pesatnya pembangunan infrastruktur di DASnya sehingga menyebabkan meningkatnya perubahan tutupan lahan. Lapindo Brantas acc merupakan kejadian yang paling berpengaruh pada kondisi keamanan Kali Brantas dengan semburan lumpur panas sekitar 50 ribu m3/hari yang terjadi pada tahun 2006, sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas kanal dan juga operasionalnya karena solusi semburan lumpur ini dialirkan ke Porong Kanal (Kuntjoro,2009).
Banyak masyarakat Sidoarjo menjadi korban karena kegagalan menghentikan semburan lumpur  panas ini. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari pelepasan lumpur ini ke Kali Porong berpotensi dapat meluas ke kawasan yang  melampaui batas wilayah Kabupaten Sidoarjo (Niniek, 2007).
Sungai porong ini dipilih sebagai tempat praktikum Geologi Laut untuk pengambilan sample sedimen karena sungai ini diduga mengandung sedimen yang berasal dari lumpur lapindo, sehingga sangat cocok untuk diamati dan diteliti kandungan sedimen apa saja yang terdapat di sungai ini.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk mengetahui struktur dan tekstur lapisan-lapisan sedimen yang terbentuk dimuara sungai porong.
Tujuan dari praktikum Geologi Laut ini adalah untuk memperoleh data profil sedimen, sedimen permukaan, dan kecepatan partikel sedimen mengendap pada lokasi praktikum di muara Sungai Porong.
1.3 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum lapang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 mei 2012 pukul 08.00-15.00 WIB bertempat di Jabon, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Praktikum Laboratorium Geologi Laut dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Gedung A Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEDIMEN
              2.1.1 JENIS DAN DEFINISI SEDIMEN
Menurut definisi Raymond (1995) dalam Minarto et al (2008), definisi batuan sedimen adalah hasil dari akumulasi dan solidifikasi sedimen, yaitu material yang dibawa oleh media air ataupun media angin. Sedangkan definisi dari BENT et al (2001) dalam Minarto et al (2008), sedimen merupakan partikel dari hasil pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun-daunan.           
   Bumi adalah planet yang terus berkembang, dengan kegiatan yang kompleks seperti air mengalir dan bergerak membentuk gelombang.Sungai membawa beban berat ke laut yang berasal dari sedimen dari benua, kemudian membentuk daerah pesisir.Daerah pesisir bervariasi dalam topografi, ikli, and vegetasinya.Sedimen adalah tempat dimana benua dan samudera berkumpul untuk menghasilkan sebuah landsekap yang selalu berubah dengan cepat (Erickson, 2003).
Menurut (Gross, 1995).Partikel sedimen dibagi menjadi dua bagian yaitu dari asalnya dan dari ukurannya. Diklasifikasi berdasarkan asalnya, partikel sedimen dibagi menjadi:
·         Lithogenous partikel (berasal dari batu) :  Kebanyakan bahan tambang silikat butiran dilepaskan oleh batu silikat yang turun pada continent selama musim dan formasi tanah di lautan terbuka, vulkano adalah sumber penting pada partikrl lithogenous.
·         Biogenous partikel (berasal dari organisme) :  larutan yang tersisa dari tulang, gigi atau kerang dari organism laut.
·         Hydrogenous partikel (berasal dari air) :Dibentuk oleh reaksi kimia yang terjadi di lautan atau pada sedimen.

             2.1.2 UKURAN BUTIR SEDIMEN
Uji kuantitatif yang dilakukan di laboratorium dengan cara sedimen dikeringkan, ditimbang, diayak dengan ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.063 mm dan di letakkan di ember untuk ukuran butir yang lolos dari ayakan ukuran 0.063 mm. Sedimen yang melayang di buang airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember adalah lanau (Pethick, 1997).









Table 1. Tabel Wentworth (Pethick, 1997)
Menurut (Minarto et al, 2008), Selanjutnya masing-masing ukuran butir disimpan pada trei almunium dan dikeringkan (WENTWORTH 1922) dalam Minarto et al (2008), untuk ditimbang dan dihitung presentase masing-masing penyusun sedimen yang meliputi kerikil, pasir, lanau dan lempung. Beri nama jenis sediment berdasarkan segi tiga Shepard (1954).











Table 2. Segi tiga Shepard (Minarto et al, 2008)











Tabel 3. Prosentase kandungan sedimen (Minarto et al, 2008)
Menurut Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), dalam analisis ukuran butiran sedimen, nilai φ di-peroleh dari formula φ= -log2 d, dimana d merupakan diameter butiran dalam satuan mi-limeter. Nilai φ pada masing-masing per-sentasi kumulatif, selanjutnya dimasukkan ke dalam formula untuk memperoleh peu-bah distribusi granulometri sedimen. Peu-bah yang dimaksud ini adalah nilai rataan empirik (Mz), penyortiran (σ1), dan kemen-cengan (Sk). Formula dari masing-masing peubah tersebut mengikuti Folk & Ward dalam Dyer (1986), sebagai berikut:
- Rataan empirik (Mz)
Mz = (φ16 + φ50 + φ84) / 3
- Penyortiran (σ1)
σ1 = (φ84 – φ16) / 4 + (φ95 – φ5) / 6,6
dengan kriteria :
0,00< σ1 ≤0,35      : tersortir sangat baik
0,35< σ1 ≤0,50      : tersortir baik
0,50< σ1 ≤1,00      : tersortir sedang
1,00< σ1 ≤2,00      : tersortir buruk
2,00< σ1 ≤4,00      : tersortir sangat buruk
σ1 >4,00                : tersortir buruk sekali

- Kemencengan (Sk)
Sk= {(φ16+φ84-2φ50)/2(φ84-φ16)}+ {(φ5+φ95-2φ50)/2(φ95-φ5)}
dengan kriteria:
-1,00< Sk < -0,30  : asimetris kuat ke ukuran besar
-0,30< Sk < -0,10  : asimetris ke ukuran besar
-0,10< Sk < 0,10   : simetris granulometri
0,10< Sk < 0,30    : asimetris ke ukuran kecil
0,30< Sk < 1,00    : asimetris kuat ke ukuran kecil
Untuk nilai Mz, selanjutnya dikonver-si kembali ke dalam diameter ukuran butir (satuan milimeter), kemudian diklasifikasi-kan menurut klasifikasi Wentworth-Udden seperti dikemukakan oleh Pethick (1997) dalam Manengkey (2011), sebagai berikut:
>256 mm                          : Bongkah
256 – 64 mm                     : Berangkal
64 – 4 mm                         : Kerakal
4 – 2 mm                           : Granul
2 – 1 mm                           : Pasir sangat kasar
1 – 0,5 mm                        : Pasir kasar
0,5 – 0,25 mm                   : Pasir sedang
0,25 – 0,125 mm               : Pasir halus
0,125 – 0,062 mm             : Pasir sangat halus
0,062 – 0,004 mm             : Debu
< 0,004 mm                      : Tanah Liat / lumpur

2.2 METODE PENGUKURAN TEKSTUR SEDIMEN
              2.2.1 US DEPARTEMENT OF AGRICULTURE(USDA)
United State Department of Agriculture (USDA) adalah suatu cabang badan eksekutif pemerintah Amerika Serikat untuk mengurus bidang pertanian. USDA mempunyai misi yakni meningkatkan kualitas hidup dengan jalan mendukung kegiatan pertanian, memastikan keamanan produk, nilai nutrisi, distribusi pangan, pertanian lahan terbuka maupun hutan. Kerja dari USDA diantaranya adalah menetapkan kualitas bahan pangan berdasarkan hasil dari inspeksi di pasar maupun dari penilaian bahan pangan. Sebagai upaya untuk mencapai hal tersebut, USDA peduli terhadap lingkungan dan sumberdaya alam agar tetap produktif dan menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam risetnya yang berkaitan dengan hal ini, USDA menetapkan beberapa peraturan, selain itu juga menetapkan klasifikasi tekstur tanah yang mana ada 12 kelas (USDA, 2012).
Berdasarkan United State Department of Agriculture (USDA) tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Madi, 2011).

              2.2.2 KLASIFIKASI WENTHWORTH
Menurut (Kusumadinata, 1980) Komponen penyusun batuan sedimen klastik, Fragmen memiliki komponen dalam batuan sedimen yang berukuran lebih besar dari pada komponen lainnya. Matriks memiliki komponen yang ukurannya relatif lebih kecil dari fragmen. Semen dengan berukuran halus, merekatkan di antara butiran/fragmen dan matriks.Klasifikasi yang paling sederhana adalah klasifikasi deskriptif yang didasarkan atas ukuran butiran. Ukuran butir yang dipakai ialah skala Wentworth. Jenis batuan dalam klasifikasi ini ialah :
- Breksi atau konglomerat ( ukuran butir >256mm )
- Batupasir ( ukuran butir 1/16-2mm )
- Batu lanau ( ukuran butir 1/16-1/256mm )
- Batulempung ( ukuran butir < 1/256mm )
Skala ukuran butir (menurut Wentworth, 1992) serta terminologi klastik :
Ukuran
Sedimenter (epiklastik)
Volkanik (piroklastik)
Bundar, bundar tanggungMenyudut tanggung
Menyudut
Fragmen
Agregat
Fragmen
Agregat
256 nm64 nm
4 nm
2 nm
1/16 nm
1/256 nm
Bongkah
Kerikil bongkahKonglomerat bongkah
Blok
Breksivolkanik
Kerakal
Kerikil kerakalKonglomerat kerakal
Bomb
Anglomerat
Kerikil
KerikilKonglomerat kerikil
Breksi
TuffLapilli
Granul
Granul

Abu kasarTuff kasar
Pasir
PasirBatu pasr
Lanau
LanauBatu lanau

Abu halusTuff halus
Lempung
Lempung sepih



Table 4.Skala ukuran butir (Kusumadinata, 1980)
Pembagian skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen, sederhananya.
              2.2.3 KECEPATAN ENDAP SEDIMEN
Pada saat Proses pengendapan partikel berlangsung dengan baik apabila aliran air dalam keadaan tenang (laminer). Kecepatan aliran hendaknya tidak melebihi kecepatan gerusan, agar partikel yang telah mengendap tidak tergerus dan melayang lagi. Besarnya kecepatan gerusan (scouring velocity) terutama dipengaruhi oleh specific gravity dan ukuran butir partikel. Gelombang mempunyai energi yang dapat mengerosi garis pantai dan sementara mengedapkan partikel partikel sediment. Sedimen diangkut melalui sistem fluvial sebagai bedload. Bedload ini diangkut dengan memantulkan atau bergulir sepanjang bagian bawah dasar muara sungai. Mengukur laju angkutan sedimen untuk sedimen tersuspensi dilakukan dengan mencari debit aliran (Q) dan konsentrasi sedimen di kolom air (Scribd, 2010).
     Menurut (Salim, 2012).Struktur ukuran butir partikel di dalam lumpur sangat bervariasi, maka tidak semua partikel dapat diendapkan di dalam kolam pengendapan. Dengan demikian hanya partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan sama atau lebih besar dari vt = 5,11 x 10-5 m/dtk akan mengendap secara sempurna di dalam bendungan. Sedang partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih rendah dari vt akan terbawa aliran yaitu partikel ukuran 0,0001 mm

2.3 STRATIFIKASI SEDIMEN
      Stratifikasi sdimen adalah sebuah hasil dari  penyusunan lapisan partikel yaitu berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan suatu hal yang sangat penting pada batuansedimen, batuan vulkanik dan metamorf(Kusnadi, 2010).
      Proses dari stratifikasi sedimen biasanya terjadi di dasar teluk. Strata pada masing-masing stratifikasi sedimen memiliki pola bergelombang dan teratur. Dari tahun ke tahun hal ini menunjukkan bahwa proses pengendapan berlangsung secara monoton, namun ketebalan masing-masing strata cukup bervariasi(Hermanto,1987).

UNTUK LEBIH LENGKAP, DOWNLOAD DISINI YAA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar