LAPORAN
PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI
KIMIA
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menurut Hutabarat dan Evans
(1995), Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu
yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu
yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang
lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu
bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat
(biology), dan ilmu iklim (metereologi). Namun demikian ilmu oseanografi
biasanya hanya dibagi menjadi empat cabang ilmu saja, yaitu:
Fisika
Oseanografi :
Ilmu ini mempelajari hubungan antara sifat-sofat fisika yang terjadi dalam
lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengna atmosfer dan daratan. Hal
ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit
pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia.
Geologi
Oseanografi :
Ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam mempelajari asal lautan yang telah
berubah lebih dari berjuta-juta tahun yang lalu. Termasuk di dalamnya adalah
penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi.
Kimia Oseanografi : Ilmu ini berhubungan dengan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga
menganalisa sifat-sidat dari air laut itu sendiri.
Biologi
Oseanografi :
Cabang ilmu oseanografi ini sering dinamakan sebagai Biologi Laut. Dimana
disini dipelajari semua organisme yang hidup di lautan, termasuk hewan-hewan
yang berukuran sangat kecil (plankton) dan juga hewan-hewan yang berukuran
besar dan tumbuh-tumbuhan air.
Oceanografi merupakan lahan
yang luas dimana banyak ilmu pengetahuan umum yang terkandung di dalamnya untuk
memahami tentang samudra/lautan. Geologi. geografi, geofisika, fisika, kimia,
geokimia, matematika, meteorologi, botani dan zoologi memiliki perna penting
untuk mengembangkan pengetahuan kita tentang samudra. Saat ini, bidang ilmu ini
menjadi sangat luas, menjadi beberapa pokok disiplin ilmu (Duxbury et al, 2005).
Laut merupakan medium yang tak
pernah berhenti berggerak, baik di permukaan maupun di bawahnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil tetapi bisa pula
berukuran sangat besar. Penampilan yang paling mudah terlihat adalah arus di
permukaan laut. Ada arus yang hanya bersifat lokal saja tetapi ada pula yang
mengalir melintas samudra. Arus sangat penting artinya bagi pelayaran, oleh
karena itu pengukuran arus sudah dilakukan orang sejak dulu. Arus merupakan
gerakan mengalir suaru massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau
karena perbedaan dalam densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh
gerakan bergelombang panjang. Yang berakhir ini termasuk antara lain arus yang
disebabkan oleh pasang-surut (Nontji, 2007).
1.2 Maksud
dan
Tujuan
Maksud dari praktikum
Oceanografi kimia ini adalah untuk mengetahui tingkat dan kadar kandungan
bahan-bahan kimia perairan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tujuan dari praktikum
oceanografi kimia ini adalah untuk memberikan kemampuan dalam pengukuran kadar
bahan-bahan kimia perairan untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan
laut.
1.3 Waktu danTempat
Praktikum Oceanografi kimia
ini dilaksanakan di dua lokasi, pertama praktikum lapang di laksanakan di Pantai
Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Desa Tambakrejo pada hari
Sabtu-Minggu tanggal 19-20 November 2011.
Pada praktikum lapang dilakukan
pengambilan sampel air laut dan selanjutnya di lakukan identifikasi kandungan
Dissolved Oxygen (DO), pH, salinitas, nitrat, fosfat, amoniak, dan
karbondioksida bebas (CO2) di Laboratorium Ilmu kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Parameter
Kimia Perairan
2.1.1 DO (Dissolved
Oksigen)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut (Salmin,
2005).
Salah satu sumber oksigen terlarut yang penting didalam
perairan adalah oksigen di atmosfir yang terlarut dalam massa air pada
permukaan air yang dihasilkan melalui proses difusi. Penyerapan oksigen dari
atmosfir oleh molekul – molekul air tergantung pada temperatur, salinitas dan
tekanan (Cole, 1983).
2.1.2 Karbondioksida
(CO2)
Jenis gas ini dapat dijumpai dalam air laut sebagai CO2
bebas dengan konsentrasi sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan
konsentrasi di udara. Hal ini disebabkan karena pH laut umumnya agak alkalis
yang berarti mengandung kation-kation Mg dan Ca dalam jumlah berlebihan bahkan
melebihi jumlah ekuivalen anion. Kondisi seperti sangat memungkinkan terjadi
reaksi keseimbangan antara CO2 dan H2O membentuk asam
karbonat yang bersifat asam lemah dan akan berlanjut membentuk karbonat dan
bikarbonat dengan proses reaksi sebagai reaksi berikut:
CO2 + H2O à H2CO3
2H+ + CO32- à HCO3- +
H+ (Wibisono, 2005)
Dalam
air laut, hanya sekitar 1% dari total karbon dioksida (CO2) yang
tetap sebagai senyawa CO2 yang dapat berubah seiring dengan
perubahan dari tekanan parsial CO2 di udara, sedangkan sisanya dalam
bentuk ion bikarbonat (91%) dan ion karbonat (8%). Masuknya CO2 ke air laut
menyebabkan ion hidrogen yang ada akan bereaksi dengan ion karbonat (CO3 2-)
dan membentuk ion bikarbonat (HCO3-) dan akhirnya akan mengurangi konsentrasi
ion hidrogen (keasaman) sehingga perubahan pH akan jauh lebih kecil daripada
(Suratno, 2010).
Meskipun dalam skala global, pertukaran CO2
antara lautan dan atmosfer mendekati
keseimbangan, ketidakseimbangan yang besar dapat muncul secara lokal.
Aliran pertukaran bersih (net exchange flux) di suatu lokasi tergantung
kepada tingkat kejenuhan CO2 permukaan air. Solubilitas atau
kelarutan CO2di dalam air laut bergantung kepada dua variable utama
yaitu suhu permukaan laut (SST) dan salinitas permukaan laut (SSS). Perairan
Indonesia memiliki salinitas permukaan rata-rata sebesar 32.493‰, sehingga
nilai solubilitas hanya bergantung kepada suhu permukaan laut, dimana semakin
tinggi suhu permukaan laut maka solubilitasnya akan semakin rendah. laut Indonesia
dan sekitarnya berperan sebesar 46,6% dalam penyerapan CO2 di
laut (Armi, 2006).
2.1.3 Nitrat
Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara (nutrisi) yang
diperlukan oleh flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya. Unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk nitrat (NO3). Unsur-unsur kimia
ini bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya seperti belerang (S), kalium (K)
dan karbon (C) disebut juga unsur hara (nutrien). Zat-zat hara ini dibutuhkan
oleh fitoplankton maupun tanaman yang hidup di laut untuk pertumbuhannya.
Fitoplankton selanjutnya akan dimakan oleh zooplankton (fauna kecil yang hidup
di permukaan air), zooplankton dan tanaman akan dimakan oleh ikan-ikan kecil,
ikan-ikan kecil akan dimakan oleh ikan besar dan demikian seterusnya. Tanaman
dan binatang yang hidup di laut akan mati dan tenggelam ke dasar perairan,
selanjutnya akan membusuk dan nutrien yang ada di tubuhnya akan kembali ke
dalam air, sehingga dasar perairan lebih kaya akan nutrien dibandingkan dengan
permukaan (Edward, 2003).
Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai senyawa
mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah
eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh transportasi
nitrat di daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh mikroorganisme dan pengambilan
nitrat untuk proses produktivitas primer. Menurut Lee et al, (1978)
bahwa kisaran nitrat perairan berada antara 0,01-0,7 mg/1, sedangkan menurut
Effendi (2003) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak
pernah lebih dari 0,1 mg/1, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/1
akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir
pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (Yulisman, 2009).
2.1.4 Fosfat
Fosfat
adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air,
tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan
asam. Keberadaan
fosfat yang berlebihan di badan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien).
Untuk mencegah kejadian tersebut, air limbah yang akan dibuang harus diolah
terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan fosfat sampai pada nilai tertentu
(baku mutu efluen 2 mg/l). Dalam pengolahan air limbah, fosfat dapat disisihkan
dengan proses fisika-kimia maupun biologis (Masduki, 2003).
Unsur
fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam
fotosintesis dan perkembangan akar. Ketersediaan fosfat dalam tanah jarang yang
melebihi 0,01% dari total P. Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid
tanah. Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua
adalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat
daratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari
sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa
ionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4-,
HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi
oleh fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat
dalam perairan berasal daari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari
hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat
dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya
dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk
pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter. Ion fosfat dibutuhkan pada
proses fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid
koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan
gelap (Hutagalung, 1997).
2.1.5 Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya
senyawa ini di dapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau
amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di
bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan
batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm
volume, atau 8 jam untuk 25 ppm volume. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun
amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan
sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih
besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin (Rubeyta, 2009).
Kadar amonia dalam air laut sangat bervariasi dan dapat
berubah secara cepat. Amonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya
melebihi ambang batas maksimum. Meningkatnya kadar amonia di laut berkaitan
erat dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai (baik yang mengandung
unsur nitrogen maupun tidak). Penguraian bahan organik yang mengandung unsur
nitrogen akan menghasilkan senyawa nitrat (NO3), nitrit (NO2)
dan selanjutnya menjadi amonia (NH3) (Ade, 2009).
2.1.6 pH
PH adalah tingkatan yang menunjukkan asam atau basanya suatu larutan yang
di ukur pada skala 0 s/d 8,5, jika di bawah 6,5 maka dikatakan air tersebut
bersifat asam dan diatas 8,5 adalah basa. Tinggi atau rendahnya PH air
dipengaruhi oleh senyawa / kandungan dalam air tersebut. PH air minum yang
ideal adalah 7,0 (PH netral). PH air hujan berbeda beda di setiap kota, antara
3,0 s/d 6,0. PH air laut adalah berkisar 8,2 (Yusuf, 2010).
PH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat derajat
keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion hydrogen. Nilai pH dari
suatu unsur adalah perbandingan antara konsentrasi ion hydrogen [H+] dengan
konsentrasi ion hidroksil [OH-]. Jika konsentrasi H+ lebih besar dari OH-,
material disebut asam; yaitu., nilai pH adalah kurang dari 7. Jika konsentrasi
OH- lebih besar dari H+, material disebut basa, dengan suatu nilai pH lebih
besar dari 7. Jika konsentrasi H+ sama dengan OH- maka material disebut sebagai
material netral. Asam dan basa mempunyai ion hydrogen bebas dan ion alkali
bebas.Besarnya konsentrasi ion H+
dalam larutan disebut derajat keasaman. Untuk menyatakan derajat keasaman suatu
larutan dipakai pengertian pH (Suwargana, 2008).
Derajat keasaman (pH) berpengaruh
pada setiap kehidupan organisme, namun setiap organisme mempunyai batas 80 toleransi
yang bervariasi terhadap pH perairan. Toleransi masing-masing jenis terhadap pH
juga sangat dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen terlarut. Apabila
suhu di perairan tinggi maka oksigen terlarut menjadi rendah. Hal ini akan
mengganggu dalam pernafasan dan pengaturan kecepatan metabolisme zooplankton.
Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan konsentrasi CO2 terutama pada siang
hari ketika proses fotosintesis sedang berlangsung. Dengan adanya aktivitas
fotosintesis, maka kadar oksigen terlarut (DO) meningkat di perairan (Handayani
dan Patria, 2005).
2.1.7 Salinitas
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut,
bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan
temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak
menentukannya.Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh
secara signifikan oleh salinitas.Dua sifat
yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah
daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis. Secara ideal, salinitas merupakan
jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan
dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan
klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada
satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini
mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Yogi,
2011).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat
ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi,
kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline
bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Darmadi,
2010).
UNTUK LENGKAPNYA, DOWNLOAD DISINI YAA....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar